kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Agar Sesuai GCG, Harus Ada Validasi Atas Pencapaian Pembangunan BTS BAKTI Kominfo


Rabu, 20 April 2022 / 13:30 WIB
Agar Sesuai GCG, Harus Ada Validasi Atas Pencapaian Pembangunan BTS BAKTI Kominfo
ILUSTRASI. Penandatanganan Perjanjian Pinjam Pakai Lahan Pembangunan BTS USO BAKTI, di Hotel Shangri-La, Jakarta, Senin (13/12/2021).


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Aksesibilitas Telekomunikasi Indonesia (BAKTI) menyebutkan, progres pembangunan menara pemancar (BTS) 4G di daerah 3T atau tertinggal, terdepan dan terluar sudah mencapai 86%.

Pencapaian itu sebuah perkembangan yang cukup bagus. Namun Pengamat Industri Telekomunikasi, Agung Harsoyo menyarankan, agar pembangunan BTS 4G tersebut kredibel dan sesuai tata kelola yang baik (GCG), perlu dilakukan verifikasi lebih mendalam terkait progresnya.

"Verifikasi ini menjadi sangat penting agar klaim progres pembangunan BAKTI mendapat pengakuan lembaga-lembaga yang terkait.  Sperti Inspektorat Jenderal Kominfo dan Kementerian Keuangan maupun BPK. Dengan demikian kredibilitas BAKTI sebagai pelaksana pembangunan tetap terjaga dengan baik," imbuh Agung, dalam keterangan tertulis, Rabu (20/4). 

Selain itu, perangkat yang akan dan sudah terpasang di menara pemancar harus dilakukan pemeriksaan terkait kualitasnya. Dengan parameter RAS alias reliability, availability dan security.

Pemeriksaan itu sangat erat hubungannya dengan risiko yang akan terjadi. Baik menyangkut keuangan maupun layanan dari penggunaan perangkat dalam pembangunan BTS oleh BAKTI. Langkah ini agar pembangunan BTS ini jangan sampai menggunakan perangkat dengan merek dan kualitas tidak jelas. 

Praktisi Kebijakan Publik, Alamsyah Saragih menyampaikan hal senada.  Menurutnya, jangan terlalu mengekspos mengenai kesulitan alam dan keamanan. Mengingat semua orang tahu kalau daerah 3T itu ada di medan yang sulit.

“Kinerja tetap harus dikritisi, tidak semua tempat harus angkut barang pakai kerbau, kuda dan helikopter. Ini namanya dramatisasi kesulitan yang terkesan seolah ada management failure yang ditutupi dan tata kelola yang buruk,” ucap Alamsyah.

Lantaran seluruh perangkat aktif dan pasif disediakan oleh BAKTI Kominfo, menurut Alamsyah operator tidak memiliki kuasa untuk menentukan BTS terbaik yang akan digunakan di daerah USO. Bahkan operator selular tak dilibatkan dalam penentuan perangkat aktif BTS yang akan digunakan.  

Operator baru akan berperan ketika BAKTI Kominfo sudah memberi informasi kalau BTS USO sudah siap untuk dikoneksikan dengan jaringan mereka. 

Lantaran tak berkuasa menentukan perangkat aktif di BTS USO, Alamsyah memastikan operator seluler tak bisa menjamin service level agreement (SLA) yang setara di wilayah 3T. Berbeda dengan BTS yang dibangun sendiri oleh operator.

Alamsyah mengungkapkan dari 7.904 BTS USO yang dikelola BAKTI, belum ada satupun yang terhubung dengan jaringan mobile switching center (MSC) operato.
"Jika BAKTI mengatakan BTS USO sudah selesai, bisa dicek berapa perangkat terkoneksi dengan MSC operator. Agar pembanguan BTS USO transparan BPK bisa melakukan validasi klaim BAKTI tersebut," imbuh Alamsyah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×