Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Havid Vebri
TANGERANG. Industri pengolahan rumput laut mengeluhkan kurangnya pasokan rumput laut jenis gracillaria. Kondisi ini dirasakan betul oleh PT Agarindo Bogatama, produsen tepung agar di Tangerang, Banten.
Direktur Utama Agarindo Efendy Tjoeng menyatakan, minimnya pasokan rumput laut gracillaria membuat utilitas produksi tidak bisa maksimal. Agarindo sendiri memiliki dua pabrik berkapasitas 150 ton per bulan.
Untuk memenuhi kebutuhan produksi, Agarindo bisa menyerap sampai 30.000 ton gracillaria kering setiap tahunnya. "Tapi saat ini kami kesulitan mencari gracillaria. Produksinya tahun ini turun sekali," ujarnya, Kamis (3/10).
Dalam kondisi ideal, produksi tepung Agarindo bisa mencapai 1.800 ton per tahun. Namun, ia memprediksi volume produksi tahun ini tidak akan sebanyak itu. Ia memperkirakan, kemungkinan produksi Agarindo hanya sekitar 80% dari jumlah itu.
Kondisi itu tentu berimbas juga ke penjualan. Menurut Efendy, volume ekspor yang tadinya ditargetkan naik menjadi 300 ton bakal meleset. "Untuk memenuhi dalam negeri dulu. Paling ekspor hanya 200 ton tahun ini," ujarnya.
Soerianto Kusnowirjono, Direktur Pengembangan dan Ekspor Rumput Laut PT Agarindo menambahkan, kesulitan bahan baku ini bukan saja dialami Agarindo. Hampir semua pelaku industri tepung agar juga kekurangan bahan baku. "Salah satu penyebabnya adalah kurangnya produksi sementara kebutuhan tinggi," ujarnya.
Selain produksi rumput laut rendah, perusahaan lokal juga kalah bersaing dengan perusahaan asing yang berani membeli rumput laut dengan harga tinggi. Menurutnya, banyak perusahaan pengolah rumput laut asal China dan langsung membeli rumput laut ke petani tanpa mempedulikan harga pasar.
"Mereka membeli harga berapapun walau tidak sesuai kriteria kualitas. Ini merusak harga pasar," ujarnya.
Saat ini, Agarindo membeli rumput laut jenis gracillaria di kisaran Rp 7.000 - Rp 8.000 per kilogram (kg) bobot kering. Ia mengklaim harga itu sudah termasuk tinggi. Sementara perusahaan asing berani membeli di atas itu.
Untungnya, Agarindo memiliki perjanjian dengan para petani binaan untuk memasok rumput laut secara kontinyu. "Kami menjamin membeli dengan harga baik saat rata-rata harga rumput laut turun. Tapi saat harga naik, mereka tetap menjual ke kami walau ditawari harga lebih dari pembeli lain," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News