Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
Sementara itu, konsumsi langsung gula nasional untuk tahun 2020 berjumlah 2.662.540 ton. Konsumsi langsung gula tersebut merupakan konsumsi langsung untuk rumah tangga, konsumsi untuk industri rumah makan dan jasa, seperti jasa perhotelan, dan konsumsi langsung lainnya. Angka ini tidak termasuk kebutuhan untuk industri makanan, minuman, dan farmasi.
Untuk mengantisipasi potensi kenaikan konsumsi GKP pada tahun 2022 ini, pemerintah telah mengalokasikan impor gula mentah sebanyak 900.000 ton untuk kemudian diolah kembali menjadi gula kristal putih. Jumlah tersebut lebih besar jika dibandingkan alokasi gula mentah untuk gula kristal putih pada tahun 2021 lalu yang sebesar 646.000 ton.
Kepala Bidang Pengembangan Tanaman Perkebunan Kemenko Perekonomian Darto Wahab, menjelaskan, pemerintah ingin mengantisipasi potensi kenaikan konsumsi gula kristal putih sejak awal.
Baca Juga: Ekonom: PTPN Perlu Investasi Besar Jika Ingin Tingkatkan Kinerja Pabrik Gulanya
Beberapa indikator yang diduga berpotensi mendorong kenaikan konsumsi antara lain, membaiknya tingkat keterisian alias okupansi hotel serta indikator-indikator perbaikan di tingkat makro. Selain itu, pemerintah juga mengantisipasi lonjakan konsumsi menjelang hari raya Idulfitri yang lebih maju dibanding tahun lalu.
“Peruntukan konsumsi GKP selain untuk konsumsi langsung juga untuk warung, usaha rumah tangga, catering dan hotel, yang kalau melihat indikator ekonomi makro akan tumbuh diatas 5% pada tahun 2022 ini,” ujar Darto kepada Kontan.co.id (27/1).
Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif AGI, Budi Hidayat mengonfirmasi adanya pemberian izin impor 900.000 ton gula mentah untuk gula kristal putih oleh pemerintah. “Untuk tahun 2022 izin impornya sudah keluar berdasarkan rekomendasi dari Kemenko Perekonomian,” ujar Budi kepada Kontan.co.id (27/1).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News