Reporter: Herlina KD |
JAKARTA. Ketua Umum Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Melvin Korompis mengatakan, target swasembada gula nasional tahun 2014 sulit tercapai.
Ia menggambarkan, untuk industri gula rafinasi saja, saat ini setidaknya dibutuhkan 2 juta ton raw sugar. "Untuk menghasilkan 2 juta ton raw sugar itu dibutuhkan setidaknya 15 pabrik gula baru," katanya.
Jika investasi satu pabrik gula sekitar US$ 150 juta, maka setidaknya butuh investasi total sekitar US$ 2,5 miliar untuk membangun 15 pabrik gula.
Sementara itu, masih banyak masalah yang harus diatasi. Salah satunya adalah masalah ketersediaan lahan. "Diantara anggota AGRI saat ini sudah banyak yang mencari tapi belum banyak yang mendapatkan lahan," ujarnya seusai rapat dengan Panja Gula dengan Komisi VI DPR RI Senin (17/5).
Total kebutuhan lahan untuk 15 pabrik gula baru itu, sekitar 300.000 hektar, dengan perhitungan rata-rata satu pabrik membutuhkan lahan seluas 20.000 hektar. Saat ini, dari sekitar 40 investor yang berminat berinvestasi di pabrik gula ini, Melvin bilang sekitar 10 investor berasal dari anggota AGRI.
Saat ini, kebutuhan bahan baku industri gula rafinasi masih sangat tergantung pada impor. Tahun lalu, impor raw sugar untuk kebutuhan industri gula rafinasi sekitar 2 juta ton. "Untuk tahun ini kebutuhanya bisa meningkat menjadi sekitar 2,2 juta ton," ujarnya.
Jika industri gula nasional sudah bisa menyediakan bahan baku raw sugar sendiri untuk kebutuhan industri gula rafinasi, Melvin mengatakan nantinya industri gula rafinasi akan mengurangi porsi impornya.
Hanya saja, melihat kesiapan revitalisasi industri gula yang saat ini berjalan, bagi Melvin sulit mewujudkan swasembada gula di tahun 2014 nanti. Dus, sulit pula mewujudkan impor raw sugar 0% di tahun 2014 nanti.
"Untuk mengurangi prosi impor itu tergantung permintaan. Kalau apa yang bisa disuplai petani itu mencukupi ya tidak perlu impor. Tapi kalau suplai dari petani masih lebih kecil dari deemand, ya kita harus impor," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News