kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ahli Geologi: Energi batubara masih jadi pilihan paling rasional


Rabu, 25 November 2020 / 18:38 WIB
Ahli Geologi: Energi batubara masih jadi pilihan paling rasional
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020).


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keefisienan dan kestabilan pasokan, serta harga menjadikan  batubara, menurut berbagai kalangan, hingga kini masih menjadi pilihan paling rasional untuk energi listrik di Indonesia.

Batubara dapat disebut sebagai energi termurah saat ini dan diandalkan di tengah kondisi Indonesia yang memerlukan banyak energi untuk banyak sektor, termasuk kesehatan dan kehidupan keseharian. Kemajuan teknologi juga menjadikan energi fosil ini tak lagi digolongkan sebagai energi kotor.

Ketua Umum Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia-Ikatan Ahli Geologi Indonesia (MGEI-IAGI) Budi Santoso menjelaskan, aspek keefisienan dan ramah lingkungan energi barubara.

Dia menyebutkan, murahnya harga energi batubara disebabkan keberadaannya menyebar di hampir seluruh Indonesia. Dengan demikian, batubara tidak hanya mudah didapat dan murah,  juga stabil pasokannya.

"Sangat rasional kalau kita mengendalikan energi batubara. Jadi energi batubara yang disebut energi kotor adalah hoax. Saya jamin karena batubara indonesia abunya rendah, sulfurnya juga rendah," kata Budi dalam keterangannya, Rabu (25/11).

Baca Juga: Ingin dapat royalti tambang hingga 0%, ini syaratnya menurut Menteri ESDM

Dia juga menyebutkan, hasil penelitian terhadap besaran biaya listrik, energi batubara masih yang termurah bagi konsumen. 

Sedang menyoal dampak lingkungan, MGEI-IAGI menyatakan,  hasil penelitian juga menyimpulkan bahwa teknologi pembangkit listrik batubara sudah bisa menangkap debu dengan ukuran di bawah lima mikron. 

Bahkan, untuk masalah buangan gas asam, teknologi kini juga sudah melakukan desulfurisasi yang sangat baik. Karenanya, emisi  pembangkit tak berbahaya.

"Teknologi modern pembangkit sudah sangat maju. Emisinya secara ketat dikontrol jauh bahkan jauh lebih kecil dari 5 mikron.  Padahal, debu-debu di jalan itu antara 5-15 mikron," urainya.

Ketua Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia, Wiluyo Kusdwiharto, di kesempatan berbeda mengamini.  Produksi listrik yang murah akan mendorong penyediaan listrik ke masyarakat, industri, dan bisnis yang kompetitif, serta akan menjadi daya tarik bagi industri. Harga listrik juga menjadi faktor yang menentukan ease of doing business di suatu negara.

Karenanya, untuk menyediakan listrik kepada masyarakat, negara harus memenuhi prinsip kecukupan, keandalan, keberlanjutan, keterjangkauan, dan keadilan. Penggunaan batubara adalah masih yang paling pas untuk Indonesia dan banyak negara.

Wiluyo tak menampik banyak tudingan terhadap PLTU batubara menghasilkan  energi kotor. Tapi itu adalah kondisi dulu.

Dia mengingatkan, perkembangan teknologi modern menjadikan PLTU batubara justru kian efisien ramah lingkungan. Pembangkit kekinian di Tanah Air, sudah mengadopsi teknologi modern ramah lingkungan ini.

Pengamat Energi Ahmad Redi juga mengutarakan opsi rasional ini.  Menurut catatan dia, saat ini batubara masih menjadi bahan baku utama pembangkit listrik dengan persentase sekitar 60%.

Di perhitungan keefisienan, penggunaan batubara menyebabkan konsumen juga bisa memperoleh harga listrik yang terjangkau.

Baca Juga: Harga batubara merosot, pendapatan kuartal III Indo Tambangraya (ITMG) tertekan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×