kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ajukan Skema Cost Recovery di Blok Corridor, Bos Medco Janji Naikkan Produksi


Jumat, 13 Oktober 2023 / 14:25 WIB
Ajukan Skema Cost Recovery di Blok Corridor, Bos Medco Janji Naikkan Produksi
Presiden Direktur PT Medco Energi Internasional Tbk. Hilmi Panigoro saat ditemui di Jakarta (13/10).


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) optimistis bisa mengerek kapasitas produksi gas di Blok Corridor jika skema pengembangan dari gross split berubah menjadi cost recovery. Melalui perubahan skema ini, pihaknya dapat menyiapkan belanja modal lebih besar. 

Direktur Utama Medco Energi, Hilmi Panigoro menjelaskan, perubahan skema dari gross split ke cost recovery sejatinya tidak banyak berbeda.  

“Toh cost recovery sama gross split itu kan cuma pilihan saja. Cuma artinya begini, kalau kita cost recovery, itu kan ada cost ya sama pemerintah,” ujarnya saat ditemui di sela acara Tripatra Sustainable Engineering Summit di Jakarta, Jumat (13/10). 

Hilmi menyatakan, jika perubahan cost recovery ini berjalan nantinya, Medco berjanji akan menaikkan produksinya. Melalui skema ini perusahaannya dapat menyiapkan belanja modal lebih besar sehingga otomatis volume produksi migas bisa lebih tinggi. 

Baca Juga: Begini Dampak Kinerja Indika Energy (INDY) Selepas Divestasi Multi Tambangjaya (MUTU)

Meski belum bisa memberi gambaran mengenai proyeksi peningkatan produksi di Blok Corridor, Hilmi menegaskan, pihaknya mengutamakan untuk meminimumkan penurunan (decline) produksi di sana. 

Meski Blok Corridor dikatakan sebagai lapangan gas tua (mature), Hilmi menyatakan, salah satu kelebihan Medco ialah bisa mempertahankan produksi di lapangan tersebut.

“Dan ini sudah kita buktikan berkali-kali, waktu itu ngambil dari Natuna begitu juga di Corridor,” terangnya. 

Selain itu, Hilmi mengemukakan, salah satu kelebihan Medco ialah menjaga cost leadership dan saat ini pihaknya bisa menjaga cost tersebut di bawah US$ 10 per barel ekuivalen. Melihat hal tersebut, pihaknya akan pertahankan tingkat produksi setinggi mungkin. 

Perihal kabar pengajuan penyesuaian harga gas dari Blok Corridor, Bos Medco menyatakan, alokasi dan harga gas sepenuhnya ditentukan oleh pemerintah. Sebagai produsen di hulu, pihaknya sebisa mungkin untuk memproduksi maksimal dan seefisien mungkin. 

“Urusan alokasi dan harga, itu adalah urusan pemerintah,” tandasnya. 

Direktur Eksplorasi SKK Migas, Benny Lubiantara menjelaskan, keinginan Medco untuk mengkonversi skema gross split ke cost recovery karena faktor keekonomian. Pasalnya, masih banyak potensi eksplorasi migas baru di sana. 

Baca Juga: Medco Energi (MEDC) Berharap Kenaikan Harga Minyak Dunia Katrol Kinerja Tahun Ini

“Yang jelas Blok Corridor tidak terlalu ekonomis kalau dengan gross split, banyak proyek tidak bisa jalan kalau pakai skema yang lama. Makanya mereka meminta konversi ke cost recovery,” ujar Benny ketika ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (2/10). 

Jika nantinya Medco telah mendapatkan restu mengubah skema pengembangan Blok Corridor menjadi cost recovery, SKK Migas meminta agar proyek yang sudah dikembangkan  bisa dipercepat. Selain itu, melakukan eksplorasi tambahan untuk mendorong produksi migas di sana. 

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menyatakan, sudah sejak lama Blok Corridor meminta perubahan skema dari gross split ke cost recovery. Permintaan tersebut sejatinya telah diutarakan oleh operator sebelumnya yakni ConocoPhillips. 

“Dulu sudah minta (ConocoPhillips) jadi sekarang (Medco) meneruskan. Ketika ConocoPhillips  mengajukan (Pemerintah) belum sempat proses tetapi dia sudah keluar duluan,” ujarnya.  

Tutuka membeberkan alasan utama Blok Corridor meminta perubahan skema pengembangan migas karena melihat risiko lapangan yang semakin tinggi. Melihat kondisi tersebut, KKKS menginginkan pembagian risiko dengan pemerintah. 

Secara umum, pemerintah akan memfasilitasi perubahan skema dari gross split ke cost recovery dengan catatan KKKS belum mengeluarkan biaya untuk pengembangan migas di sana. Dengan begini proses bisa lebih mudah dilakukan, khususnya untuk membagi mana bagian yang dapat di-cover oleh pemerintah. 

“Nah kalau Blok Corridor ini memang belum spent (biaya), jadi memungkinkan untuk pindah. Semestinya tidak sulit,” jelasnya. 

Tutuka menegaskan, jika nantinya Blok Corridor sudah mengubah skema ke Cost Recovery, Pemerintah akan meminta Medco membuat program-program khusus untuk menambah produksi migas di sana. 

Melansir laporan tahunan MEDC 2022, di tahun lalu produksi Blok Corridor berkontribusi sebesar 70,2 MBOEPD kepada Medco Energi dan efisiensi operasi langsung mencapai 99,6%. 

Production Sharing Contract Agreement (PSC) Corridor memiliki satu lapangan minyak yang berproduksi dan tujuh lapangan gas yang berproduksi, semuanya terletak di daratan Sumatra Selatan, Indonesia, berdekatan dengan operasi MedcoEnergi di Sumatra Selatan. Perjanjian PSC ini akan berakhir pada Desember 2023 dan telah mendapat persetujuan perpanjangan untuk 20 tahun ke depan. 

Blok Corridor merupakan produsen gas terbesar kedua di Indonesia, dengan gas yang dijual melalui kontrak jangka panjang kepada mitra yang andal di Indonesia dan Singapura. Corridor saat ini fokus pada pengembangan lapangan lebih lanjut untuk mengoptimalkan nilai blok. 

Melalui Transasia Pipeline Company, MedcoEnergi juga memiliki saham minoritas di jaringan pipa gas yang memasok pelanggan di Sumatra Tengah, Batam dan Singapura. Corridor memiliki akses ke reservoir yang cocok untuk penyimpanan karbon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×