Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
Tutuka membeberkan alasan utama Blok Corridor meminta perubahan skema pengembangan migas karena melihat risiko lapangan yang semakin tinggi. Melihat kondisi tersebut, KKKS menginginkan pembagian risiko dengan pemerintah.
Secara umum, pemerintah akan memfasilitasi perubahan skema dari gross split ke cost recovery dengan catatan KKKS belum mengeluarkan biaya untuk pengembangan migas di sana. Dengan begini proses bisa lebih mudah dilakukan, khususnya untuk membagi mana bagian yang dapat di-cover oleh pemerintah.
“Nah kalau Blok Corridor ini memang belum spent (biaya), jadi memungkinkan untuk pindah. Semestinya tidak sulit,” jelasnya.
Tutuka menegaskan, jika nantinya Blok Corridor sudah mengubah skema ke Cost Recovery, Pemerintah akan meminta Medco membuat program-program khusus untuk menambah produksi migas di sana.
Melansir laporan tahunan MEDC 2022, di tahun lalu produksi Blok Corridor berkontribusi sebesar 70,2 MBOEPD kepada Medco Energi dan efisiensi operasi langsung mencapai 99,6%.
Production Sharing Contract Agreement (PSC) Corridor memiliki satu lapangan minyak yang berproduksi dan tujuh lapangan gas yang berproduksi, semuanya terletak di daratan Sumatra Selatan, Indonesia, berdekatan dengan operasi MedcoEnergi di Sumatra Selatan. Perjanjian PSC ini akan berakhir pada Desember 2023 dan telah mendapat persetujuan perpanjangan untuk 20 tahun ke depan.
Blok Corridor merupakan produsen gas terbesar kedua di Indonesia, dengan gas yang dijual melalui kontrak jangka panjang kepada mitra yang andal di Indonesia dan Singapura. Corridor saat ini fokus pada pengembangan lapangan lebih lanjut untuk mengoptimalkan nilai blok.
Melalui Transasia Pipeline Company, MedcoEnergi juga memiliki saham minoritas di jaringan pipa gas yang memasok pelanggan di Sumatra Tengah, Batam dan Singapura. Corridor memiliki akses ke reservoir yang cocok untuk penyimpanan karbon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News