Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) optimistis bisa mengerek kapasitas produksi gas di Blok Corridor jika skema pengembangan dari gross split berubah menjadi cost recovery. Melalui perubahan skema ini, pihaknya dapat menyiapkan belanja modal lebih besar.
Direktur Utama Medco Energi, Hilmi Panigoro menjelaskan, perubahan skema dari gross split ke cost recovery sejatinya tidak banyak berbeda.
“Toh cost recovery sama gross split itu kan cuma pilihan saja. Cuma artinya begini, kalau kita cost recovery, itu kan ada cost ya sama pemerintah,” ujarnya saat ditemui di sela acara Tripatra Sustainable Engineering Summit di Jakarta, Jumat (13/10).
Hilmi menyatakan, jika perubahan cost recovery ini berjalan nantinya, Medco berjanji akan menaikkan produksinya. Melalui skema ini perusahaannya dapat menyiapkan belanja modal lebih besar sehingga otomatis volume produksi migas bisa lebih tinggi.
Baca Juga: Begini Dampak Kinerja Indika Energy (INDY) Selepas Divestasi Multi Tambangjaya (MUTU)
Meski belum bisa memberi gambaran mengenai proyeksi peningkatan produksi di Blok Corridor, Hilmi menegaskan, pihaknya mengutamakan untuk meminimumkan penurunan (decline) produksi di sana.
Meski Blok Corridor dikatakan sebagai lapangan gas tua (mature), Hilmi menyatakan, salah satu kelebihan Medco ialah bisa mempertahankan produksi di lapangan tersebut.
“Dan ini sudah kita buktikan berkali-kali, waktu itu ngambil dari Natuna begitu juga di Corridor,” terangnya.
Selain itu, Hilmi mengemukakan, salah satu kelebihan Medco ialah menjaga cost leadership dan saat ini pihaknya bisa menjaga cost tersebut di bawah US$ 10 per barel ekuivalen. Melihat hal tersebut, pihaknya akan pertahankan tingkat produksi setinggi mungkin.
Perihal kabar pengajuan penyesuaian harga gas dari Blok Corridor, Bos Medco menyatakan, alokasi dan harga gas sepenuhnya ditentukan oleh pemerintah. Sebagai produsen di hulu, pihaknya sebisa mungkin untuk memproduksi maksimal dan seefisien mungkin.
“Urusan alokasi dan harga, itu adalah urusan pemerintah,” tandasnya.
Direktur Eksplorasi SKK Migas, Benny Lubiantara menjelaskan, keinginan Medco untuk mengkonversi skema gross split ke cost recovery karena faktor keekonomian. Pasalnya, masih banyak potensi eksplorasi migas baru di sana.
Baca Juga: Medco Energi (MEDC) Berharap Kenaikan Harga Minyak Dunia Katrol Kinerja Tahun Ini
“Yang jelas Blok Corridor tidak terlalu ekonomis kalau dengan gross split, banyak proyek tidak bisa jalan kalau pakai skema yang lama. Makanya mereka meminta konversi ke cost recovery,” ujar Benny ketika ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (2/10).
Jika nantinya Medco telah mendapatkan restu mengubah skema pengembangan Blok Corridor menjadi cost recovery, SKK Migas meminta agar proyek yang sudah dikembangkan bisa dipercepat. Selain itu, melakukan eksplorasi tambahan untuk mendorong produksi migas di sana.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menyatakan, sudah sejak lama Blok Corridor meminta perubahan skema dari gross split ke cost recovery. Permintaan tersebut sejatinya telah diutarakan oleh operator sebelumnya yakni ConocoPhillips.
“Dulu sudah minta (ConocoPhillips) jadi sekarang (Medco) meneruskan. Ketika ConocoPhillips mengajukan (Pemerintah) belum sempat proses tetapi dia sudah keluar duluan,” ujarnya.