Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat perusahaan properti yang akan mencari dana segar lewat penawaran umum saham perdana alias IPO (initial public Offering) semakin bertambah. Salah satunya adalah Greenwoods Group yang berencana membawa anak usahanya IPO akhir tahun 2018 ini.
Greenwoods Group akan memilih anak usahanya Baruna Realty yang akan melantai di bursa saham karena perusahaan ini sudah lebih mapan dibandingkan anak-anak usahanya yang lain. Saat ini, sudah ada 13 perusahaan yang bernaung dibawah Greenwoods Group.
CEO Greenwoods Group Okie Imanto mengatakan, pihaknya akan membidik dana sekitar Rp 300 miliar dari rencana IPO tersebut yang akan digunakan untuk ekspansi bisnis properti. Perusahaan akan melepasa sekitar 30% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam Baruna Realty.
"Dana IPO itu akan digunakan untuk pengembangan proyek-proyek baru yang menghasilkan recurring income seperti retail dan lifestyle center, serta hotel dan service apartemen," kata Okie kepada Kontan.co.id, Jumat (7/9).
Okie bilang, nilai aset yang akan diikutsertakan dalam rencana IPO tersebut sekitar Rp 1,8 triliun-Rp 2 triliun. Greenwoods Group akan Mirae Sekuritas sebagai underwriter untuk mengawal rencana aksi korporasi tersebut.
Hingga kini, Greenwoods memiliki 43 proyek dengan total 7 proyek yang masih berjalan. Ketujuh proyek yang sedang berjalan, yaitu Apartemen Puri 8 Residence di Kosambi, JP Apartment dan Damara Village di Bogor, Sawangan Hills di Depok, Belle Legoso di CIputat, Citavil di Cikarang, dan Sagan Pura di Jogja.
Greenwoods Group juga menggandeng Vier Corporation Limited sebagai konsultan untuk mengawal rencana IPO tersebut. Vier Abdul Jamal, CEO Vier Corporation Limited mengatakan, aksi IPO merupakan langkah yang tepat yang harus dilakukan perusahaan properti terutama jika ingin melakukan ekpansi di sektor proyek vertikal atau higrise building. Jika tidak maka pengembang bisa bermasalah karena biaya bunga kredit konstruksi saat ini sangat mahal.
"Kalau sudah bangun vertikal tetapi tidak IPO, bisa mati karena bunga tinggi untuk kredit konstruksi, NPL di bank naik. Dulu developer sudah bisa jual gambar, bisa langsung akad kredit dengan bank. Sekarang kan tidak, harus 60 kali instalment dan tiap bulan mereka harus bayar biaya konstruksi caash ke konstraktor," jelas Vier.
Menurut Vier, perusahaan yang punya kemampuan kas yang bagus yang bisa berkembang di bisnis properti. Sementara langkah yang paling murah untuk mendapatkan tambahan kas hanya lewat IPO.
Dia menambahkan, aset Greenwoods Group ini sudah sangat besar. "Greenwoods ini asetnya cukup besar, ini anak usahanya Nojorono, punyanya Ahmad Jinggo. Tetapi tidak semua aset dimasukkan ke IPO ini. Kita masih memproses IPO ini dan ditargetkan akan dilaksanakan tahun ini." kata Vier.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News