Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Insiden kabut asap akibat pembakaran hutan yang berlangsung sejak 23 Februari lalu di kota Pekanbaru, Riau, telah merugikan PT Angkasa Pura II sebagai pengelola Bandara Sultan Syarif Kasim II. Alasannya, banyak maskapai yang memilih untuk menghentikan operasionalnya hingga saat ini.
Hasturman, Kepala Divisi Pelayanan Operasi Perum Angkasa Pura II Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru Riau bilang, nilai kerugian sebesar Rp 1,3 miliar itu dihitung dari pendapatan yang mestinya diperoleh AP II berupa passanger airport charge (airport tax), sewa lahan, dan biaya pendaratan pesawat sejak 1 Maret-14 Maret.
Kata Hasturman, dibandingkan insiden kabut asap sebelumnya, kali ini merupakan yang terparah dialami bandara yang dikelolanya. "Bayangkan saja, seminggu ini tidak ada penerbangan, padahal biasanya bisa 80 penerbangan per hari," katanya kepada KONTAN, Minggu (16/3).
Kata Hasturman, pada insiden asap yang lalu, Bandara Sultan Syarif Kasim II biasanya hanya membatalkan satu sampai dua penerbangan. Namun kali ini, bandara menghadapi gangguan jarak pandang akibat asap dengan jangka waktu yang cukup panjang.
Selain di Pekanbaru, AP II juga mengalami gangguan asap di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang) dan Bandara Kualanamu (Medan). Sayangnya, perusahaan pelat merah itu belum bisa merinci kerugian di masing-masing wilayah operasinya itu.
Daryanto, Corporate Secretary PT Angkasa Pura II mengatakan, sejauh ini kerugian terbesar masih dicatatkan oleh bandara Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru. "Pekanbaru merupakan salah satu bandara yang memberikan keuntungan cukup besar disamping Kualanamu (Medan) dan Soekarno-Hatta (Jakarta)," ujarnya.
Akibat kabut asap itu, sampai saat ini, Indonesia AirAsia dan Tigerair Mandala memilih menunda operasional. Rio Hascaryo, Head of Marketing Tigerair Mandala mengatakan, pihaknya baru akan memulai penerbangan dan penjualan tiket pada 17 Maret nanti. Sedangkan Audrey Progastama, Communication Manager Indonesia AirAsia mengaku masih belum dapat memastikan kapan maskapainya akan mulai beroperasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News