Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Edy Can
JAKARTA. Pelaku industri alat berat menilai, maraknya demonstrasi dan intimidasi yang dilakukan buruh membuat produksi terganggu. Selain itu, tekenan buruh ini membuat calon investor alat berat harus berpikir ulang merealisasikan penanaman modal mereka di Indonesia.
Ketua Umum Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi), Pratjojo Dewo mengatakan, lantaran seringnya buruh melakukan demonstrasi dan intimidasi terhadap perusahaan, dua perusahaan alat berat asal Jepang menunda investasi. Awalnya, mereka berencana membangun fasilitas produksi komponen alat berat.
Bahkan, Keduanya telah memilih kawasan industri di Bekasi, Jawa Barat, karena dinilai menguntungkan dari sisi lahan dan kemudahan logistik. Namun sayang, di kawasan industri tersebut seringkali diramaikan aksi demo dan intimidasi para buruh.
Meski belum mau menyebut nama kedua perusahaan tersebut, Pratjojo mengatakan, potensi investasi dari keduanya mencapai US$ 30 juta. "Mereka memutuskan untuk menahan sampai waktu yang tidak ditentukan," ujar dia.
Menurut Pratjojo, dengan ditundanya investasi tersebut, industri alat berat akan semakin sulit meningkatkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) . Saat ini TKDN untuk industri alat berat nasional baru mencapai 55%.
Dia mengatakan, produsen perakit alat berat di Indonesia masih kesulitan mencari pemasok komponen dengan kemampuan teknis yang dibutuhkan. Sebab, saat ini tiga sektor industri pendukung masih belum mampu menunjang industri alat berat.
Ketiga indsutri pendukung tersebut adalah industri pengecoran logam dan baja, industri permesinan serta industri heat treatment atau industri dalam sektor pemanasan dan pendinginan logam.
Pengusaha balik ancam
Dia mengungkapkan, saat ini terdapat 35 perusahaan yang bergerak di industri alat berat. Dari jumlah tersebut, sebanyak 16 perusahaan memiliki pabrik yang berada di dalam kawasan industri.
Pratjojo mengatakan, dengan ditundanya, bahkan ada kemungkinan gaga, investasi komponen alat berat oleh kedua perusahaan Jepang ini, maka target investasi di sektor ini kemungkinan tidak tercapai. Sebelumnya dari tahun ini hingga 2013 nanti, Hinabi menargetkan investasi di sektor alat berat bisa mencapai US$ 350 juta.
Sementara itu, Koordinator Forum Komunikasi Asosiasi Nasional, Franky Sibarani mengungkapkan, bukan saja investor asing yang mengurungkan niat berinvestasi di Tanah Air, pengusaha lokal pun kebingungan untuk berekspansi.
Karena itu, Franky mengancam, bila pemerintah tidak bisa menjamin keamanan sehingga berbuntut pada terhentinya industrialisasi, atau bahkan terpuruk, para pengusaha akan melakukan penghentian produksi (lock out) secara serentak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News