kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Alfaria bangun pusat distribusi di Kalimantan


Senin, 21 Oktober 2013 / 20:56 WIB
Alfaria bangun pusat distribusi di Kalimantan


Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Markus Sumartomjon

JAKARTA. Rencana PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) untuk memperluas jaringannya ke Pulau Kalimantan, akhirnya, terwujud. Saat ini, pemilik minimarket Alfamart ini tengah membangun pusat distribusi di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Pudjianto, Wakil Presiden Direktur Sumber Alfaria Trijaya, berharap, pengoperasian pusat distribusi ini bisa berjalan tahun ini juga. "Kalau tidak ada aral melintang, pusat distribusi bisa beroperasi sebelum tutup tahun," katanya ke KONTAN akhir pekan lalu.

Setelah itu, Sumber Alfaria bisa langsung segera membuka gerai di dua kota sekaligus, yakni Banjarmasin serta Samarinda.

Namun, Pudjianto enggan menjelaskan lebih detail mengenai pusat distribusi yang sedang dibangun. Dari catatan KONTAN, setiap pusat distribusi Alfamart butuh lahan 8.000 meter persegi (m²) hingga 10.000 m² dengan nilai investasi Rp 100 miliar. Adapun masing-masing pusat distribusi ini bisa melayani 250 gerai hingga 300 gerai Alfamart.

Pudjianto juga enggan menyebut jumlah gerai yang akan didirikan di Kalimantan. Yang jelas, Sumber Alfaria menjadikan luar Pulau Jawa sebagai fokus ekspansinya saat ini. "Selain Kalimantan, kami akan agresif menambah gerai di kota-kota di pulau Sumatera seperti Jambi, Pekanbaru, dan Medan," papar dia.

Penambahan gerai di Jakarta dan sekitarnya justru tidak terlalu banyak. Kata Pudjianto, hampir seluruh gerai baru yang muncul di sekitar Jakarta merupakan gerai waralaba.

Sampai dengan paruh pertama 2013, Sumber Alfaria sudah menjalankan 7.714 gerai. Perinciannya, sebanyak 5.486 gerai milik sendiri dan 2.228 gerai waralaba. Itu berarti Sumber Alfaria Trijaya sudah menambah 651 gerai sejak awal tahun dari targetnya 1.000 gerai.

Tapi, Pudjianto mengaku tidak terlalu optimistis menyambut bisnis ritel tahun depan melihat perkembangan kenaikan upah minimum regional (UMP).

Pasalnya, gaji karyawan memakan komponen biaya operasional antara 40%-50%. Urutan kedua adalah sewa properti. "Kami berhati-hati karena ritel adalah industri padat karya," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×