kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,77   -7,53   -0.83%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Amvesindo: Harus bangun ekosistem start-up


Minggu, 17 Juli 2016 / 23:06 WIB
Amvesindo: Harus bangun ekosistem start-up


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Perusahaan pengelola dana KKR & Co and Warburg Pincus LLC berniat investasi US$ 400 juta untuk Gojek. Dengan suntikan modal itu, nilai Gojek naik jadi US$ 1,2 miliar atau mendekati nilai pesaingnya Grab US$ 1,6 miliar.

Sebelumnya, Gojek telah meraih investor dari Sequoia Capital, NSI Ventures yang merupakan bagian dari Northstar Group, serta DST Global yang dipimpin Facebook dan Twitter. Bantuan dana tersebut, turut menandakan masuknya peran asing dalam bisnis start up di tanah air.

Ketua Asosiasi Modal Ventura dan Start Up Indonesia Jefri R. Sirait mengatakan Gojek menjadi salah satu perusahaan start up yang cukup berkembang dua tahun belakangan. Tak heran, hal itu membuat investor asing tertarik. "

"Indonesia dengan 250 juta orang ditambah penetrasi internet yang sudah membaik dibanding 5 tahun lalu membuat mobile internet beredar besar sekali," katanya Jefri kepada KONTAN, Minggu (17/7).

Hal tersebut lantas dibidik investor asing. Sebab dinilai memiliki mobile internet based yang baik. Hal itu juga yang dirasakan pemain start up lain seperti perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce.

Misalnya saja peran Alibaba China yang melakukan investasi lewat Lazada di Indonesia. Termasuk di antaranya adalah Gojek. "Seharusnya disini dibutuhkan peran banyak stakeholder untuk bergerak lebih cepat," imbuhnya.

Menurutnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Di antaranya yakni, perusahaan lokal itu dikelola oleh lokal, didanai oleh pemerintah dalam negeri, namun ditujukan secara secara global. "Jadi Indonesia yang justru berperan ke luar," terangnya.

Selain didukung oleh populasi yang besar dari Indonesia, Gojek dinilai memiliki sistem perusahaan matang. Hal itu bisa dilihat dari target market, financial goal yang jelas.

Dia juga menilai, banyak pula investor Indonesia yang mendirikan perusahaan di luar negeri. Hal itu menjadi alasan, sebab dinilai lebih favorable. Misalnya dekat dengan dana dari investor hingga regulasi tentang tax incentive.

"Yang seharusnya menjadi goal kita adalah bagaimana seharusnya semua stakeholder terkait membangun ekosistem," katanya.

Hal itu setidaknya sudah dimulai dengan visi pemerintah untuk membangun 1000 perusahaan start up di tanah air.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×