kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Anak usaha BUMN ini siap ekspansi bisnis pengolahan aspal


Senin, 25 Juni 2018 / 20:06 WIB
Anak usaha BUMN ini siap ekspansi bisnis pengolahan aspal
ILUSTRASI. PENGASPALAN JALUR PANTURA


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebutuhan aspal dalam negeri masih sangat besar sejalan dengan pengembangan proyek-proyek infrastruktur. Namun, suplai aspal lokal masih sangat rendah sehingga Indonesia masih banyak tergantung pada impor.

Besarnya pasar aspal nasional membuat beberapa perusahaan (di luar Pertamina sebagai produsen lokal) mencoba melebarkan ekspansinya di bisnis pengolahan aspal. PT Wika Bitumen misalnya akan bertransformasi jadi perusahaan pengolah aspal dari semula yang hanya menjalankan bisnis penjualan bahan baku aspal.

Saat ini, anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ini tengah membangun pabrik aspal di Buton dengan kapasitas 2.000 ton. Pabrik yang menelan investasi Rp 30 miliar itu ditargetkan akan beroperasi pada Juli atau Agustus 2018 mendatang.

Selain pabrik tersebut, Wika Bitumen juga akan mendirikan dua pabrik lagi bekerjasama dengan mitra strategis. Pertama, perusahaan akan bekerjasama dengan investor asal China untuk mendirikan pabrik pengolahan aspal di Buton. Tahap awal, mereka mengembangkan pabrik dengan kapasitas 60.000 ton. "Ini ditargetkan beroperasi tahun depan," kata Yudi Widodo, Direktur Keuangan Wika Bitumen kepada Kontan.co.id, Senin (25/6).

Kedua, perusahaan juga akan bekerjasama dengan Pertamina untuk mendirikan pabrik pengolahan aspal. Hanya saja, keduanya belum menetapkan kapasitas pabrik yang akan dibangun dan berapa investasi yang akan diperlukan.

Yudi menjelaskan, pihaknya berencana bekerjasama dengan Pertamina lantaran untuk menghasilkan produk dengan campuran bahan baku yang dimiliki Wika Bitumen dan raw material perusahaan energi pelat merah tersebut. Saat ini keduanya masih menjajaki komposisi produk aspal yang akan dihasilkan.

Lokasi pembangunan pabrik atas kerjasama Wika Bitumen dan Pertamina juga masih belum ditetapkan apakah akan di Buton atau di Pulau Jawa yang memiliki potensi pasar lebih menguntungkan. "Lokasi pabriknya masih kami survei, tetapi lokasi yang prospektif sepertinya ada di Jawa ke arah utara," kata Yudi.

Wika Bitumen ingin ekspansi mengembangkan pengolahan aspal karena perusahaan melihat potensi pasar yang sangat besar. Yudi mengatakan, rata-rata kebutuhan aspal hotmix nasional mencapai 1,5 juta ton per tahun. Sementara produsen utama lokal yaitu Pertamian hanya mampu menyuplai sekitar 400.000 ton per tahun. Sementara sisanya masih mengandalkan impor.

Dalam empat tahun ke depan, Wika Bitumen menargetkan bisa melayani sekitar 30%-40% dari pasar yang ada dengan rata-rata pertumbuhan produksi 10% setiap tahunnya. Saat ini, perusahaan memiliki lahan di Buton di dua lokasi dengan luas masing-masing 300 hektare (ha) dan 100 ha yang menghasilkan bahan baku aspal.

Selama ini, Wika Bitumen menjual raw material tersebut ke pasar ekspor. Hanya sebagian kecil yang dijual di pasar lokal. Perusahaan menargetkan penjualan 200.000 ton tahun 2018 dengan target penjualan Rp 80 miliar-Rp 90 miliar. Sedangkan hingga Mei, penjualan sudah sekitar 50.000 ton dimana ekspor ke China 40.000 ton dan dalam negeri 10.000 ton.

Menurut Yudi, dalam empat tahun ke depan, kemungkinan besar Wika Bitumen sudah tidak lagi menjual raw material tetapi fokus untuk memproduksi olahan aspal.

Sementara perusahaan lokal lainnya yang juga akan gencar melakukan ekspansi di bisnis aspal adalah PT Hakaaston. Anak usaha dari PT Hutama Karya yang menjalankan bisnis produksi beton precast dan aspal ini menganggarkan belaja modal Rp 300 miliar tahun ini untuk menambah kapasitas produksi precast maupun aspal.

Putut Ariwibowo, Direktur Hutama Karya menjelaskan, ekspansi akan dilakukan baik secara organik maupun anorganik atau melalui pembangunan unit produksi baru maupun lewat akusisi pabrik-pabrik yang sudah ada. Hanya saja, tidak disebutkan berapa dana yang dialokasikan masing-masing untuk bisnis aspal dan precast.

Saat ini, kapasitas produksi Hakaastol baik aspal maupun percast mencapai 350.000 ton per tahun. "Kami punya pabrik spun pile, turap beton satu lokasi, unit produksi girder dua lokasi dan Asphalt Mixing Plant sembilan lokasi," jelas Putut.

Tahun ini, Hakaaston menargetkan kontrak baru Rp 2 triliun. Sementara hingga Mei sudah didapat Rp 1,51 triliun dimana 80% disuplai ke proyek Hutama Karya Grup dan 20% lagi ke proyek eksternal. Jika tahun lalu, Hakaaston membukukan pendapatan pendapatan Rp 550 miliar, maka tahun ini ditargetkan bisa meningkat empat kali lipat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×