Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anak usaha PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS, anggota indeks Kompas100) di hulu minyak dan gas (migas), PT Saka Energi Indonesia, akan menambah blok migas melalui akuisisi. Anggaran yang disiapkan berkisar US$ 70 juta - US$ 100 juta sebagai belanja modal alias capital expenditure (capex) di tahun depan.
Direktur Utama PGAS Gigih Prakoso mengatakan, saat ini Saka Energi memerlukan aset yang dapat meningkat kinerja seluruh portofolio aset yang dimilikinya. Sebab, tahun lalu Saka Energi sudah kehilangan dua aset produksi di Sanga-sanga dan Offshore South East Sumatera.
Baca Juga: Kembangkan aplikasi layanan gas bumi, PGN gandeng Mitsui
Alhasil, produksi dan cadangan migas Saka Energi turun drastis sekitar 20.000 barrel setara minyak per hari (BOEPD). Untuk itu, Gigih mengatakan bahwa Saka Energi akan mengakuisisi blok migas yang sudah mendekati fase produksi atau yang sudah berproduksi.
Hal itu dimaksudkan agar memberi dampak yang lebih cepat daripada harus terlebih dulu melakukan eksplorasi. "Rencana pengambil alihan aset produksi ini diharapkan dapat meningkatkan produksi dan reserve-nya," kata Gigih saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (12/12).
Gigih mengungkapkan, target blok migas yang akan diakuisisi Saka Energi terletak di dalam negeri, dengan rentang target produksi di angka 15.000-30.000 BOEPD. Sayang, Gigih masih enggan untuk memberikan detail kapan akuisisi itu akan dilakukan. "Targetnya tahun ini kalau bisa," ujarnya.
Baca Juga: Pertamina investasikan US$ 3,72 miliar untuk sektor hulu migas
Gigih menyampaikan, bisnis di sisi hulu migas masih menyumbang porsi yang cukup besar bagi PGAS. Dengan adanya penambahan blok migas, Gigih menargetkan porsi pendapatan PGAS dari hulu migas bisa bertambah menjadi sekitar 15% di tahun 2020.
Terkait dengan pengelolaan hulu migas ini, Gigih mengatakan bahwa setelah PGAS menjadi sub holding gas BUMN di bawah PT Pertamina (Persero), memang ada rencana untuk mengintegrasikan Saka Energi dengan Pertamina Hulu. Namun, Gigih bilang skema integrasi tersebut masih dalam tahap pembahasan.
"Idealnya perlu diintegrasikan dengan Pertamina Hulu. Skemanya yang paling baik masih dalam pembicaraan," kata Gigih tanpa menerangkan lebih detail skema yang dimaksud, serta rencana penerapannya.
Adapun, pada tahun depan Saka Energi mengganggarkan capex sebesar US$ 280 juta. Selain untuk akuisisi, Gigih menyampaikan bahwa capex tersebut dianggarkan untuk pengembangan Lapangan Sedayu, West Pangkah dan juga Tambak Boyo yang akan meningkatkan produksi migas sekitar 5.000-7.000 BOEPD.
Baca Juga: Rencana Pertamina di 2020: Bidik laba US$ 2,2 miliar, investasi hulu US$ 3,7 miliar
Gigih menyebut, pengembangan di tiga lapangan tersebut menjadi bagian dari fokus Saka Energi setelah meneken kontrak kerja sama aluas Production Sharing Contract (PSC) di Blok Pangkah, Jawa Timur, untuk 20 tahun mulai 8 Mei 2026.
"Penggunaan untuk proyek Saka Energi ini menggunakan dana internal Saka. Sudah termasuk dalam total capex PGAS," ungkapnya.
Sementara secara total, pada tahun depan PGAS menggangarkan capex sebesar US$ 700 juta. Jumlah itu naiks ekitar 40% dibandingkan capex tahun ini yang dianggarkan sebanyak US$ 500 juta.
Gigih menerangkan, hampir 70% capex akan dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur gas berupa pipa transmisi, distribusi, pipa untuk jaringan pelanggan industri, serta fasilitas small scale LNG Terminal. "Selebihnya sekitar 30% untuk upstream dan non-core business," kata Gigih.
Adapun, dari US$ 700 juta itu, sebanyak US$ 300 juta akan dipenuhi dari kas internal, sedangkan sekitar US$ 400 juta akan memakai pembiayaan eksternal secara project financing.
Baca Juga: Pemerintah memacu jaringan gas, PGAS masih jadi andalan
"Pembiayaan eksternal untuk capex PGN di luar Saka Energi, akan dilakukan melalui pinjaman dengan skema project financing," tandas Gigih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News