Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi
Untuk tahun 2024, kebutuhan BBM diperkirakan 80 juta KL, produksi BBM tetap 57,5 juta KL dan impor 25,9 juta KL.
Impor BBM diproyeksikan bakal turun drastis tahun 2025 di mana kebutuhan BBM diperkirakan 82,5 juta KL, sementara produksi BBM mencapai 68,1 juta KL dan impor 13,4 juta KL. Penurunan impor ini lantaran terdapat tambahan produksi BBM dari GRR Bontang.
"Tahun 2026, diharapkan ada tambahan produksi dari RDMP Cilacap dan GRR Tuban. Dengan rampungnya pembangunan RDMP dan GRR ini, kita tidak perlu impor BBM lagi," ujar Hidayat.
Baca Juga: Kementerian BUMN: Utang pemerintah ke BUMN Rp 108,48 triliun akan dibayar bertahap
Terpisah, PT Pertamina (Persero) menegaskan, meskipun pandemi Covid-19 masih melanda yang disertai dengan penurunan demand BBM serta tekanan terhadap kurs rupiah, holding migas BUMN ini tetap fokus menuntaskan proyek strategis nasional yang merupakan amanah dari Pemerintah. Termasuk pembangunan kilang Cilacap sebagai bagian dari proyek RDMP/GRR.
“Pertamina tetap menjalankan rencana investasi yang telah tertuang dalam RKAP, sekaligus memastikan amanah Pemerintah untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional melalui pembangunan kilang,” ujar Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman (28/5), dalam siaran persnya.
Menurut Fajriyah, Pertamina akan memaksimalkan dan mengoptimalkan penyelesaian proyek pengembangan kilang dan pembangunan kilang baru agar dapat selesai sesuai target waktu yang ditetapkan. Jika proyek ini rampung, nantinya kilang yang saat ini berkapasitas 1 juta barel per hari akan meningkat dua kali lipat menjadi 2 juta barel per hari sehingga kebutuhan BBM dapat terpenuhi tanpa perlu impor.
“Dengan penuntasan RDMP/GRR, Pertamina berharap dapat memenuhi target Pemerintah untuk menyetop impor BBM pada tahun 2026,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News