kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Andalkan pasar pemerintah, penjualan dan laba Itama Ranoraya (IRRA) naik di 2019


Kamis, 05 Maret 2020 / 17:39 WIB
Andalkan pasar pemerintah, penjualan dan laba Itama Ranoraya (IRRA) naik di 2019
ILUSTRASI. Pencatatan perdana Itama Ranoraya Tbk Resmi IPO, saham Itama Ranoraya (IRRA) melesat 49,73%.foto/KONTAN/Akhmad Suryahadi


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten distribusi alat kesehatan, PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) telah merampungkan kinerja keuangannya di 2019. Dalam laporan keuangannya, IRRA membukukan kinerja pendapatan dan laba yang positif. 

IRRA mencatatkan pendapatan usaha sebanyak 6,07% dari Rp 265,63 miliar menjadi Rp 281,75 miliar di 2019. Kontribusi pendapatan terbesar dari segmen diagnostic in vitro yang tercatat sebesar Rp 144,97 miliar atau tumbuh 9% year on year (yoy) dari sebelumnya Rp 132,66 miliar di 2018. 

Baca Juga: Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) bukukan laba bersih Rp 510,71 miliar di 2019

Direktur Pratoto S Raharjo menyatakan kenaikan pendapatan IRRA di tahun lalu karena segmentasi pasar IRRA sudah jelas. "Pasar kami menyasar pemerintah yakni Palang Merah Indonesia (PMI) lalu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dan jaringan lainnya sehingga keberlangsungan kegiatan usaha terjaga," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (4/3). 

Toto mengungkapkan sejak 2003 hingga sekarang, pihak pemerintah selalu order alat kesehatan lewat IRRA karena punya keunggulan dari Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang tinggi. 

Kendati tumbuh, Toto bilang penjualan tidak mencapai harapan atau target yang dibidik sejak awal yakni di posisi Rp 300 miliar lantaran segmen alat kesehatan non-elektromedik steril mencatatkan penurunan dari sebelumnya Rp 132,97 miliar di 2018 menjadi Rp 118,39 miliar di tahun lalu. 

Toto mengakui turunnya segmen itu karena terjadi penundaan pembelian alkes dari pemerintah akibat agenda politik. "Hal ini tidak hanya berlaku ke IRRA, tapi juga ke pemain farmasi khususnya alat kesehatan lainnya," ujarnya. 

Baca Juga: Sukses Perdana Prima beli 20,14% saham Trikomsel Oke (TRIO) di harga kurang dari Rp 1

Toto berharap adanya keterlambatan penyerapan alat kesehatan di tahun lalu, bisa di-carry over ke tahun ini walau tidak berlangsung cepat. 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×