kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Andalkan zirkon, Cakra Mineral kaji akuisisi


Sabtu, 06 Agustus 2016 / 17:25 WIB
Andalkan zirkon, Cakra Mineral kaji akuisisi


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Lesunya harga komoditas membuat kinerja PT Cakra Mineral Tbk (CKRA) pada semester I-2016 belum maksimal. Produksi perusahaan ini belum mampu memenuhi kapasitas produksi maksimal  1.500 ton. Sepanjang Semester I-2016 CKRA hanya mampu memproduksi dan menjual 700 ton pasir zirkon melalui PT Takaras Inti Lestari di Kalimantan Tengah.

Dexter Sjarif Putra, Sekretaris Perusahaan emiten dengan kode saham CKRA ini kepada KONTAN, Kamis (4/8) bilang, tahun ini hanya bisa mengandalkan jualan pasir zirkon, lantaran komoditas lain masih belum bisa ekspor. Adapun negara tujuan ekspor pasir zirkon China, Italia, Jerman dan Ukraina.

Sekadar catatan, ekspor konsentrat besi dan nikel perusahaan ini terhenti sejak awal 2014, lantaran kewajiban membangun pabrik pemurnian. Nah kebetulan dua proyek smelter besi dan nickel yang tengah digarap oleh perusahaan ini juga masih tersendat.

Dexter menyebut, tahun ini manajemen CKRA menargetkan pendapatan sebesar US$ 4,5 juta. Pendapatan ini hanya mengandalkan penjualan pasir zikron. "Kami sudah bergerak dua hingga tiga shift di pabrik pengolahan pemurnian, walaupun harga pasir zikron dunia mengalami penurunan lebih dari 25% dibandingkan tahun lalu," ujarnya.
 
Sebagai gambaran, saat ini harga pasir zirkon ada di kisaran US$ 960 per ton. Harga tahun ini lebih stabil ketimbang tahun lalu yang mengalami kemerosotan. Di sisi lain harga pasir zirkon ini juga jauh lebih mahal ketimbang harga pasir besi dan nickel.

Agar kinerja CKRA terus baik, pihaknya terus berencana mencari tambang baru dengan anggaran akuisisi Rp 200 miliar. Namun sayang Dexter belum mau membeberkan soal jenis tambangnya. Dalam catatan KONTAN, CKRA sempat berencana mengakuisisi tambang di Australia. Namun rencana tertunda.

Sebagai gambaran, sepanjang penjualan 137,96% dari sebelumnya tercatat Rp 15,86 miliar menjadi Rp 37,74 miliar. Namun perusahaan ini masih rugi Rp 22,69 miliar lebih rendah ketimbang tahun lalu Rp 65,74 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×