Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
Sementara secara bisnis, ANTM masih mengandalkan komoditas emas. Pada tahun ini, ANTM mematok target produksi yang sama dari tahun lalu, yakni sebesar 2 ton. Meski demikian, target penjualan emas Antam ditargetkan bisa meningkat sebanyak 23% dari 26 ton di tahun lalu, menjadi 32 ton untuk tahun ini.
Arie mengungkapkan, peningkatan volume penjualan emas ini ditopang oleh peluang pasar domestik produk logam mulia yang masih terbuka. Apalagi, permintaan emas dunia diprediksi masih akan stabil yang diperlukan untuk kebutuhan perhiasan, portofolio investasi, deposit perbankan dan kebutuhan industri.
Meski pada tahun 2019 ini harga emas dapat terpengaruh oleh ketidak stabilan pasar finansial, kebijakan moneter dan dollar Amerika Serikat serta perubahan struktur ekonomi dunia, tapi dengan instrument lindung nila yang relatif terbebas dari inflasi membuat emas sangat diminati.
"Seiring dengan tingkat pembelian emas oleh masyarakat yang semakin positif dan meningkatnya kesadaran untuk berinvestasi emas, Antam melihat peluang masih terbuka," ungkap Arie.
Oleh karena itu, lanjut Arie, utilitas pabrik pengolahan emas ANTM akan terus ditingkatkan. Begitu juga dengan pengembangan produki logam mulia dan perbaikan layanan penjualan kepada masyarakat.
Asal tahu saja, produksi ANTM berasal dari tambang emas di Pongkor, Bogor dan Cibaliung, Banten. Adapun, penjualan emas ANTM ditopang oleh aktivitas trading di Unit Bisnis Pengolahan & Pemurnian Logam Mulia yang berada di Pulogadung.
Jadi, selain dari produksi sendiri, ANTM juga mendapatkan supply dore bullion ditambah hasil buyback dari masyarakat sebagai bahan baku produksi emas yang kemudian diolah kembali menjadi produk logam mulia engan berbagai variannya. "Dengan kapasitas total terpasang pabrik sebesar 75 ton emas per tahun, maka Antam masih dapat mengolah emas di luar produksi sendiri," kata Arie.
Sebagai informasi, untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) pada tahun ini, Antam manganggarkan dana sebesar Rp. 3,3 triliun. Dana itu juga akan digunakan untuk menyokong fokus Antam dalam ekspansi proyek pengolahan minral berbasis hilir, selain untuk perlausan basis cadangan dan sumber daya.
Beberapa investasi rutin akan dilakukan di unit bisnis perusahaan guna mendukung target operasional. Sedangkan dari sisi pengembangan, masih akan dilanjutkannya Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) dan juga proyek pengembangan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah yang akan intensif dilakukan.
Di samping itu, Arie bilang, saat ini ANTM telah mendapatkan izin perpanjangan ekspor bijih nikel dan bauksit sebesar 3,7 juta wmt bijih nikel dan 840.000 bijih bauksit. "ANTM juga sedang mengkaji kesempatan untuk mendapatkan izin tambahan ekspor bijih sejalan dengan perkembangan proyek ANTM berbasis nikel dan bauksit," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News