Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) terus memacu kinerja produksi dan penjualan pada tahun ini. Guna mempertahankan kesinambungan, Antam pun memasang strategi untuk menjaga cadangan dan sumber daya mineralnya.
Sebagai bagian dari upaya itu, Direkur Utama ANTM Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan, pihaknya menganggarkan dana sebesar Rp. 120 miliar untuk aktivitas eksplorasi ketiga komoditasnya, yakni emas, nikel dan bauksit. Angka itu, naik sekitar empat kali lipat dibandingkan dana eksplorasi yang dikeluarkan Antam pada tahun lalu.
Mengutip laporan bulanan eksplorasi ANTM, sepanjang tahun lalu, Antam mengeluarkan dana sebesar Rp. 30,06 miliar sebagai biaya eksplorasi ketiga komoditasnya. Emas, menjadi prioritas dengan menghabiskan dana eksplorasi sebanyak Rp 14,11 miliar yang terutama dihabiskan untuk eksplorasi model geologi dan pemboran di wilayah Pongkor, Bogor, pemboran inti di Cibaliung, Banten, serta tinjuan ke beberapa daerah prospek.
"Dengan kondisi cadangan dan sumber daya emas yang terbatas, maka saat ini Antam memfokuskan pencarian sumber emas tambahan," kata Arie saat dihubungi Kontan.co.id, MInggu (27/1).
Arie mengungkapkan, upaya yang dilakukan ANTM ialan dengan secara organik melakukan aktivitas eksplorasi rutin di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Antam, serta menjajaki sejumlah area yang dinilai prospektif. Di samping itu, Arie pun bilang bahwa Antam tengah mengkaji opsi untuk melakukan akuisisi aset tambang emas yang memiliki profil baik.
Sayang, Arie masih enggan untuk membuka detail opsi tersebut. "Ya secara inorganik Antam melakukan kajian atas kemungkinan akuisisi tambang untuk tetap menjaga posisi cadangan emas perusahaan," ungkap Arie.
Seperti diketahui, cadangan yang terpetakan di tambang emas ANTM diperkirakan akan habis dalam beberapa tahun lagi. Sebagai andalan Antam, produksi di tambang emas Pongkor dan Cibaliung pada tahun ini ditargetkan bisa mencapai 2 ton, stagnan dari tahun lalu.
Namun, berdasarkan perhitungan keekonomian tambang serta potensi cadangan yang terpetakan, sejauh ini umur tambang emas Pongkor diperhitungkan hanya mampu bertahan hingga tahun 2021, sejalan dengan izin dari tambang ini yang akan berakhir pada tahun yang sama.
Hal yang serupa pun belaku juga untuk tambang emas Gosowong di Halmahera, Maluku Utara yang dioperasikan oleh PT Nusa Halmahera Minerals. "Dengan tingkat rata-rata produksi tahunan saat ini, maka keekonomisan operasi penambangannya diperkirakan masih beberapa tahun ke depan," kata Arie.
Sementara secara bisnis, ANTM masih mengandalkan komoditas emas. Pada tahun ini, ANTM mematok target produksi yang sama dari tahun lalu, yakni sebesar 2 ton. Meski demikian, target penjualan emas Antam ditargetkan bisa meningkat sebanyak 23% dari 26 ton di tahun lalu, menjadi 32 ton untuk tahun ini.
Arie mengungkapkan, peningkatan volume penjualan emas ini ditopang oleh peluang pasar domestik produk logam mulia yang masih terbuka. Apalagi, permintaan emas dunia diprediksi masih akan stabil yang diperlukan untuk kebutuhan perhiasan, portofolio investasi, deposit perbankan dan kebutuhan industri.
Meski pada tahun 2019 ini harga emas dapat terpengaruh oleh ketidak stabilan pasar finansial, kebijakan moneter dan dollar Amerika Serikat serta perubahan struktur ekonomi dunia, tapi dengan instrument lindung nila yang relatif terbebas dari inflasi membuat emas sangat diminati.
"Seiring dengan tingkat pembelian emas oleh masyarakat yang semakin positif dan meningkatnya kesadaran untuk berinvestasi emas, Antam melihat peluang masih terbuka," ungkap Arie.
Oleh karena itu, lanjut Arie, utilitas pabrik pengolahan emas ANTM akan terus ditingkatkan. Begitu juga dengan pengembangan produki logam mulia dan perbaikan layanan penjualan kepada masyarakat.
Asal tahu saja, produksi ANTM berasal dari tambang emas di Pongkor, Bogor dan Cibaliung, Banten. Adapun, penjualan emas ANTM ditopang oleh aktivitas trading di Unit Bisnis Pengolahan & Pemurnian Logam Mulia yang berada di Pulogadung.
Jadi, selain dari produksi sendiri, ANTM juga mendapatkan supply dore bullion ditambah hasil buyback dari masyarakat sebagai bahan baku produksi emas yang kemudian diolah kembali menjadi produk logam mulia engan berbagai variannya. "Dengan kapasitas total terpasang pabrik sebesar 75 ton emas per tahun, maka Antam masih dapat mengolah emas di luar produksi sendiri," kata Arie.
Sebagai informasi, untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) pada tahun ini, Antam manganggarkan dana sebesar Rp. 3,3 triliun. Dana itu juga akan digunakan untuk menyokong fokus Antam dalam ekspansi proyek pengolahan minral berbasis hilir, selain untuk perlausan basis cadangan dan sumber daya.
Beberapa investasi rutin akan dilakukan di unit bisnis perusahaan guna mendukung target operasional. Sedangkan dari sisi pengembangan, masih akan dilanjutkannya Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) dan juga proyek pengembangan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah yang akan intensif dilakukan.
Di samping itu, Arie bilang, saat ini ANTM telah mendapatkan izin perpanjangan ekspor bijih nikel dan bauksit sebesar 3,7 juta wmt bijih nikel dan 840.000 bijih bauksit. "ANTM juga sedang mengkaji kesempatan untuk mendapatkan izin tambahan ekspor bijih sejalan dengan perkembangan proyek ANTM berbasis nikel dan bauksit," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News