Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aktivis Yayasan Lembaga konsumen Indonesia (YLKI), Sudaryatmo mengatakan, terdapat ancaman kegagalan operasi PT Kereta Commuter Indonesia (KCI). Sebab, adanya pembatasan kapasitas penumpang yang diangkut karena penerapan pencegahan covid-19.
“Ada ancaman kegagalan operasi commuter line ketika biaya pendapatan operasi, penjualan tiket tidak bisa menutup biaya operasional,” kata Sudaryatmo dalam diskusi virtual, Sabtu (13/6).
Baca Juga: Pemerintah akui kemampuan tes massal Covid-19 masih rendah
Oleh karena itu, Sudaryatmo menyarankan agar KCI dapat melakukan dua hal ini. Pertama melalui pendekatan bisnis. PT KCI dapat menaikkan share pendapatan non-fare box. Misalnya dengan melalui naming rights stasiun yang dikomersilkan seperti yang dilakukan MRT Jakarta. Kedua, pendekatan politik. Yakni dengan menaikkan Public Service Obligation (PSO) dan menaikkan tarif.
“Pendekatan bisa dilakukan dengan mixed, di satu sisi bisa dengan pendekatan bisnis. Tapi pada saat yang sama pendekatan politik dengan menaikkan PSO atau tarif,” ucap dia.
Seperti diketahui, Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Wiwiek Widayanti mengakui terjadi penurunan jumlah penumpang yang diangkut karena pandemi covid-19. Ia mengatakan, adanya penurunan itu membuat pendapatan menurun.
"Kami biasa mengangkut rata-rata 1 juta penumpang per hari, sekarang kami hanya mengangkut sekitar 200 ribuan orang per hari, berarti memang ada penurunan pendapatan dari sisi pendapatan dari tiket maupun pendapatan public service obligation (PSO)," kata Wiwiek dalam diskusi virtual, Sabtu (13/6).
Baca Juga: Jumlah penumpang turun gara-gara corona, tarif KRL bakal naik?
Sebab itu, Wiwiek berharap pemerintah dapat membuat kebijakan dari sisi PSO agar ada penyesuaian tarif KRL. Selain itu, pihaknya juga melakukan efisiensi agar pelayanan tetap berjalan dengan baik.
"Makanya kami berharap ini untuk yang PSO ada kebijakan dari pemerintah untuk penyesuaian tarif nya lagi sehingga KCI tetap berjalan, baik untuk penyelenggaraan KRL," terang dia.
Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zulfikri mengakui biaya operasional terbilang naik. Terlebih dengan berkurangnya kapasitas penumpang yang bisa diangkut.
Baca Juga: Jangan keliru! Hasil rapid test non-reaktif belum tentu negatif Covid-19
"Namun prinsipnya bagi PSO karena masyarakat juga sekarang kondisinya lagi berat kita minta PSO ini tidak ada kenaikan tarif. Bagaimana mensiasatinya, memang sekarang kita sedang melakukan pembahasan terus khususnya KCI untuk KRL ini kan semua kereta memang disubsidi dengan PSO, jadi kita coba bagaimana mensiasati kekurangan atau beban daripada biaya operasi yang semakin berat," jelas Zulfikri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News