Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan kondisi pasar batubara saat ini membuat PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mengantisipasi penurunan produksi di kisaran 10% dibandingkan realisasi produksi pada 2019 lalu, atau pada kisaran bawah target produksi batubara ADRO di tahun ini.
Asal tahu saja, realisasi produksi batubara ADRO pada tahun lalu mencapai 58,03 juta ton. Sedangkan di tahun 2020 ini ADRO menargetkan produksi direntang 54 juta ton-58 juta ton.
Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan, penurunan produksi terutama terjadi pada jenis batubara termal. Kendati begitu, Nadira menegaskan pihaknya akan terus mengikuti perkembangan pasar batubara dan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang ADRO.
Baca Juga: Masih dibayangi katalis negatif, tren harga batubara belum akan membaik
Kata dia, ADRO akan berfokus untuk mempertahankan margin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan. "Adaro juga akan terus fokus terhadap upaya peningkatan keunggulan operasional, pengendalian biaya dan efisiensi, serta eksekusi strategi demi kelangsungan bisnis dan mempertahankan kinerja yang solid," kata Nadira kepada Kontan.co.id, Minggu (2/8).
Menurut dia, langkah ADRO ini juga sejalan dengan imbauan dari Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) kepada para produsen batubara di Indonesia untuk memangkas target produksi. "Untuk menyeimbangkan kondisi di pasar batubara yang tertekan akibat pelemahan ekonomi global dan menurunnya kebutuhan listrik industri karena Covid-19," ujar Nadira.
Namun Nadira belum memberikan gambaran bagaimana dampaknya terhadap kinerja perusahaan, jika produksi batubara ADRO pada tahun ini berada direntang bawah target tahunan, atau turun sekitar 10% dari realisasi tahun lalu. "Kami antisipasi, sambil mengikuti perkembangan pasar," ungkapnya.
Baca Juga: Pasar tak stabil, Adaro Energy (ADRO) resmi menurunkan produksi batubara 10%