kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

APBI: Pasar ban alat berat untuk jasa pertambangan masih dikuasai asing


Selasa, 30 Maret 2021 / 22:49 WIB
APBI: Pasar ban alat berat untuk jasa pertambangan masih dikuasai asing
ILUSTRASI. Pekerja toko ban di Jakarta memeriksa kondisi ban baru sebelum digunakan konsumen, Senin (25/1). APBI: Pasar ban alat berat untuk jasa pertambangan masih dikuasai asing.


Reporter: Vina Elvira | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejumlah emiten jasa pertambangan memilih menggunakan ban impor untuk penggunaan alat berat dalam operasi penambangan mereka. 

Salah satunya dilakukan oleh PT Darma Henwa Tbk (DEWA), yang pada Desember lalu baru saja menandatangani perjanjian Total Tire Management (TTM) dengan Fujian Haian Rubber Co. Ltd yang merupakan produsen ban terbesar China.

Termasuk juga anak usaha dari PT ABM Investama Tbk (ABMM) yakni PT Cipta Kridatama yang memilih menggunakan ban asal Eropa dengan pertimbangan performa yang lebih baik. 

“Kami menggunakan ban Eropa karena price vs performance-nya. Harga lebih mahal tapi lebih tahan lama,” ungkap Direktur ABMM, Adrian Erlangga Sjamsul kepada Kontan, (30/3). 

Menanggapi hal tersebut, Ketua Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI), Aziz Pane mengungkapkan bahwa pasar ban alat berat saat ini memang dikuasai oleh asing. Dia tidak menyebutkan secara rinci berapa angka penjualan ban lokal di sektor alat berat jasa pertambangan, namun bisa dikatakan kontribusinya sangat kecil jika dibandingkan dengan total keseluruhan pendapatan. 

Baca Juga: Berencana terbitkan obligasi, simak rekomendasi saham Gajah Tunggal (GJTL)

“Pertama yang pakai kita paling ban truknya yang bisa. Kalau di atas ban truk itu, ban yang terlalu besar itu mereka impor semua, kalau ngak dari India ya dari China,” ungkap Aziz saat dihubungi Kontan, Selasa (30/3). 

Aziz berpendapat, pengusaha ban lokal tidak diberi ruang untuk ikut berkembang di sektor alat berat jasa pertambangan. Sebab, kebijakan impor yang dikeluarkan pemerintah dinilai membuat produsen ban asing bebas memasuki pasar di sektor industri tersebut, tanpa memberikan kesempatan bagi pengusaha ban lokal untuk ikut berkontribusi.  

“Pemerintah harus bijak-bijak bikin peraturan agar jangan melarang impor itu, tapi mengurangi impor dari Cina dan India yang banyak sekali sekarang. Terutama buat ban besar dan ban-ban mining. Kapan kita bisa tumbuh?,” kata dia. 

Saat ini, pengusaha ban lokal masih bertumpu pada penjualan di pasar ekspor sebagai sumber pendapatan mereka. Di mana menurut data APBI kontribusinya mencapai 70% dari total pendapatan. 

Baca Juga: Hankook Tire perkenalkan inovasi produk ban untuk menunjang mobil listrik



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×