Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - Hingga kuartal III 2017 ini, PT Apexindo Pratama Duta Tbk menggenggam tiga kontrak baru dari sektor panas bumi. Tiga kontrak jasa baru tersebut adalah bagian dari target penambahan lima kontrak baru sepanjang tahun 2017.
Kontrak terbaru Apexindo Pratama berasal dari Pertamina Geothermal Energy (PGE). Apexindo Pratama baru mendapatkan kontrak ini pada 7 September 2017.
Laporan manajemen Apexindo Pratama kepada Otoritas Jasa Keuangan di keterbukaan Bursa Efek Indonesia (BEI) tanggal 8 September 2017 menyebutkan, Apexindo Pratama menerima kontrak pekerjaan semi integrated project management (IFM) untuk pengeboran darat di Lahendong, Sulawesi Utara. Nilai kontrak sekitar US$ 22,02 juta tersebut berlaku hingga 18 Juni 2018.
Adapun dua kontrak baru yang sudah lebih dulu didapat pada tahun ini, yakni pembangkit listrik tenaga panasbumi (PLTP) Tulehu di Ambon, Maluku dan PLTP Baturaden di Banyumas Jawa Tengah. Apexindo Pratama mendapatkan keduanya dari dari PT Halliburton Logging Services Indonesia.
Tugas Apexindo Pratama di PLTP Tulehu yakni mengebor proyek panasbumi milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) selama tujuh bulan. Nilai kontraknya Rp 110,37 miliar. Kalau kontrak jasa PLTP Baturaden berupa pengeboran proyek panasbumi milik PT Sejahtera Alam Energy. Nilai kontrak tersebut Rp 105,47 miliar.
Frieda Salvantina, Sekretaris Perusahaan PT Apexindo Pratama Duta Tbk menjelaskan, dari tiga kontrak baru panasbumi itu, hanya PLTP Tulehu yang sudah berjalan. Sementara PLTP Baturaden dan PLTP Lahendong masih dalam tahap persiapan. Belum ketahuan target operasional keduanya.
Asal tahu, proyek panasbumi menjadi altenatif Apexindo Pratama mencari peruntungan di tengah industri minyak dan gas (migas) yang masih lemas. Kebetulan pula, tahun ini lebih banyak tawaran tender proyek panasbumi ketimbang proyek migas. Untuk mendukung ekspansi ke proyek panasbumi, mereka memaksimalkan penggunaan rig darat.
Meskipun rajin membidik proyek panasbumi, Apexindo Pratama memprediksi porsi pendapatan panasbumi tidak akan lebih besar ketimbang migas. "Porsi migas masih lebih besar dibandingkan geothermal karena yang sedang berjalan baru proyek Tulehu," terang Frieda kepada KONTAN, Kamis (7/9).
Masih berjuang
Selain kontrak baru, Apexindo Pratama menggenggam dua kontrak carry over. Kontrak pertama berupa jasa pengeboran di lepas pantai perairan Natuna dari Premier Oil Natuna Sea B.V. Kontrak senilai US$ 30,19 juta tersebut memiliki durasi waktu dua tahun.
Kontrak lawas lain yang masih berjalan yakni jasa pengeboran di lepas pantai bagian utara, Jawa Barat dari PHE ONWJ. Nilai kontraknya US$ 43,74 juta dengan durasi dua tahun.
Sementara hingga akhir tahun 2017 nanti, Apexindo Pratama tak berniat merevisi target kinerja. "Secara umum, kami masih berjuang karena industri masih lesu, targetnya semua masih sama," tandas Frieda.
Tatkala industri migas masih tak kondusif, Apexindo Pratama akan berupaya tetap fokus mengerjakan proyek-proyek yang sudah ada digenggam. Sambil jalan, mereka bakal senantiasa pasang mata terhadap setiap peluang tender yang datang.
Lantas tak cuma penggunaan rig darat, Apexindo Pratama juga berencana memacu pemanfaatan rig laut. Perusahaan berkode saham APEX di BEI itu menargetkan utilitas rig laut tahun ini bisa menyentuh level 46%.
Sepanjang semester I 2017, Apexindo Pratama menanggung rugi bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau rugi bersih US$ 8,89 juta. Nilai kerugian itu membesar ketimbang semester I 2016 yakni US$ 7,35 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News