kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.235.000   -2.000   -0,09%
  • USD/IDR 16.627   -17,00   -0,10%
  • IDX 8.080   36,52   0,45%
  • KOMPAS100 1.116   2,87   0,26%
  • LQ45 787   2,27   0,29%
  • ISSI 284   1,24   0,44%
  • IDX30 413   1,65   0,40%
  • IDXHIDIV20 469   0,93   0,20%
  • IDX80 123   0,54   0,44%
  • IDXV30 133   -0,02   -0,01%
  • IDXQ30 130   0,66   0,51%

APSyFI Ungkap Utilisasi TPT Nasional di Bawah 50%


Kamis, 02 Oktober 2025 / 12:14 WIB
APSyFI Ungkap Utilisasi TPT Nasional di Bawah 50%
ILUSTRASI. Untuk meningkatkan jumlah SDM terampil yang dapat memenuhi kebutuhan industri TPT, khususnya di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, dan Jawa Barat, Kemenperin menyelenggarakan pendidikan vokasi industri melalui Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil Surakarta (AK-Tekstil - Solo), yang telah mencetak para lulusannya menjadi kompeten dan siap kerja. APSyFI menilai kondisi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional masih menghadapi tekanan berat.


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada September 2025 tercatat sebesar 53,02. Angka ini menurun 0,53 poin dibandingkan Agustus 2025 yang berada di level 53,55.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta, menilai kondisi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional masih menghadapi tekanan berat. 

Ia mengatakan, data IKI tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi nyata di lapangan, sebab perusahaan yang bermasalah atau sudah berhenti produksi umumnya tidak mengisi survei tersebut.

“Kalau perusahaan bermasalah dan tutup ikut mengisi, pasti indeksnya jauh lebih rendah,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (1/10/2025).

Baca Juga: Wakil Kepala BKPM Sebut Investor Asing Ogah Masuk RI Karena Proses Perizinan Lambat

Redma menyebut tren pesanan industri terus mengalami penurunan, dengan utilisasi kapasitas nasional berada di bawah 50%. 

Perhitungan ini, kata dia, didasarkan pada kapasitas terpasang seluruh industri, bukan hanya pabrik yang masih beroperasi. 

Menurutnya, data utilisasi dari Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) kerap tampak tinggi karena tidak menghitung kapasitas pabrik yang sudah berhenti produksi.

Lebih lanjut, ia menegaskan pengusaha cenderung bersikap wait and see serta melakukan penghitungan alokasi untuk pemutusan hubungan kerja (PHK). 

Langkah PHK diperkirakan akan terus berlanjut selama pasar domestik masih dibanjiri barang impor.

Sementara itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan bahwa meski turun, IKI September 2025 masih berada di zona ekspansi. 

Capaian tersebut bahkan meningkat 0,54 poin dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 52,48.

Dari 23 subsektor industri pengolahan nonmigas yang dianalisis, 21 subsektor masih mencatat ekspansi. 

Adapun dua subsektor yang mengalami kontraksi adalah industri komputer, barang elektronik, dan optik (KBLI 26), serta industri reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan (KBLI 33).

Secara rinci, IKI Ekspor turun tipis 0,12 poin menjadi 53,99, sedangkan IKI Domestik melemah 0,72 poin ke level 51,92. 

Baca Juga: KPK Tetapkan Staf Ahli Mensos Edi Suharto Sebagai Tersangka Korupsi Penyaluran Bansos

Selanjutnya: Insentif PPN DTP Diperpanjang, Harga Emiten Properti Milik Aguan (PANI) Menggeliat

Menarik Dibaca: Daftar Promo HUT Mandiri ke-27 Oktober 2025, Roti'o sampai Solaria Cashback Spesial

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×