kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Arcandra Tahar: Mengoptimalkan trapped values untuk melahirkan karya


Rabu, 25 November 2020 / 19:14 WIB
Arcandra Tahar: Mengoptimalkan trapped values untuk melahirkan karya
ILUSTRASI. Genap satu tahun mendukung UMKM kuliner untuk #MelajuBersamaGojek, GoFood hari ini memaparkan komitmennya terhadap Komunitas Partner GoFood (KOMPAG) untuk tahun 2021.


Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pesatnya pertumbuhan bisnis perusahaan rintisan (startup) di Tanah Air mendapat sorotan dari sejumlah kalangan. Salah satunya dari Arcandra Tahar, mantan Wakil Menteri ESDM, yang menyoroti perkembangan bisnis Gojek sebagai platform penyedia jasa transportasi online di Indonesia. 

Di Indonesia, kata Arcandra, hanya dalam waktu sepuluh tahun Gojek berhasil menjaring lebih dari 2 juta mitra driver dan lebih dari 750 ribu para pengusaha kuliner lewat layanan go food. Valuasi Gojek juga telah melewati angka US$ 10 miliar, yang merupakan simbol sebuah startup berstatus decacorn.

Berada di segmen bisnis yang hampir sama, di lokasi berbeda, pesatnya perkembangan bisnis Gojek juga mengingatkan kelahiran UBER di Amerika Serikat (AS).

"Ketika lahir di Amerika tahun 2009, Uber Technologies (UBER) dalam waktu singkat menjadi salah satu startup dengan pertumbuhan bisnis sangat dahsyat dengan valuasi paling tinggi di dunia. Mereka sukses karena jeli dan mampu mengoptimalkan trapped values," ungkap Arcandra Tahar di laman instagramnya @arcandra.tahar, Rabu (25/11).

Arcandra berpendapat, pentingnya sebuah startup mengoptimalkan trapped values untuk menghadirkan karya baru dan menjadi solusi dari kebutuhan masyarakat masa kini. Menurutnya, kemampuan untuk mengoptimalkan trapped value yang bisa ditemukan di lingkungan sekitar, bisa menghadirkan aset bisnis yang bernilai tinggi. 

Para pendiri UBER, menurut Arcandra, berhasil mengoptimalkan aset-aset tersembunyi menjadi aset yang produktif dan semakin bernilai. Inilah yang disebut sebagai trapped values, sebuah nilai yang terjebak dalam sistem kehidupan masyarakat. 

Kelahiran UBER di Amerika terjadi pada saat rumah tangga di AS menghabiskan lebih banyak uang untuk transportasi daripada makanan. Sementara mobil-mobil menghabiskan 95% waktunya di parkiran, sehingga jadi aset yang kurang dimanfaatkan. 

"Dengan adanya UBER, mobil-mobil tersebut dapat dimanfaatkan sebagai aset produktif yang menghasilkan revenue. Bahkan dalam waktu singkat berhasil mendorong berbagai perubahan perilaku masyarakat dunia untuk mengoptimalkan aset yang sebelumnya termasuk dalam trapped values tersebut," tambah Arcandra, yang juga Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) ini.

Begitu juga Gojek. Nadiem Makariem pendiri Gojek dalam berbagai kesempatan selalu bilang bahwa kelahiran Gojek di tahun 2010 itu berawal dari seringnya ia menggunakan angkutan ini. Namun dia melihat tukang ojek lebih banyak menunggu penumpang, sehingga aset kendaraannya kurang optimal. 

Menurut Arcandra, tidak hanya UBER dan Gojek. Banyak startup besar lainnya, yang kebanyakan lahir di garasi, seperti Facebook, Tesla, Spotify, Tokopedia, Bukalapak, Alibaba dan sebagainya itu lahir karena kemampuan pendirinya untuk mengoptimalkan trapped values menjadi sebuah solusi.

Lima tahapan

Lalu, bagaimana menemukan trappes values dan melahirkan solusinya? Arcandra membaginya dalam 5 tahapan. Pertama Empati. Ketika ingin menciptakan sesuatu, harus dipahami bahwa kita melakukannya bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk kebutuhan dan keinginan orang lain.

Ia lalu mencontohkan kehadiran spotify. Sebelum aplikasi musik itu lahir tentu ada proses empati, dimana saat itu di hampir semua negara  penyanyi-penyanti independen tidak bisa menjual karyanya secara langsung. Supply chain di industri musik dalam kontrol penuh perusahaan rekaman. 

"Di sinilah empati itu lahir karena kreativitas jutaan penyanyi didunia terhambat oleh sistem yang mengontrol industri musik. Empati itu menjadi dasar bagi terciptanya karya dengan mengoptimalkan trapped values," ujarnya.

Kedua, definisikan masalahnya. Ketika banyak artis independen gagal menjual karyanya karena tidak ada label rekaman yang mendukung, inilah yang sebenarnya jadi titik masalah.

Ketiga, Melahirkan Ide. Setelah empati dan menentukan masalah, tahap berikutnya adalah melahirkan sebuah ide yang bisa menjadi solusi atas masalah tersebut.

Keempat, membangun prototipe. Solusi butuh sistem, temuan baru dan karena itu prototipe menjadi bagian dari proses solusi yang akan dilahirkan. Aplikasi Gojek merupakan sebuah sistem yang lahir dari ide dan dikembangkan menjadi sebuah propotipe sebelum akhirnya diluncurkan.

Kelima adalah test dan feedback. Ini adalah fase terpenting sebelum solusi yang ditawarkan dapat berkompetisi di pasar dan melayani konsumen. Pengujian dan berbagai masukan dari berbagai pihak harus menjadi prioritas. Karena, ini akan menjadi salah satu kunci produk yang dilahirkan memenuhi kebutuhan pasar dan mampu mengoptimalkan trapped values yang ada. 

Arcandra menambahkan, di Indonesia, baik di pemerintahan, BUMN, Swasta banyak sekali trapped values yang bisa ditemukan. Namun, apakah bisa dioptimalkan menjadi sebuah aset produktif dan solusi?

Hal ini tentu akan bergantung pada diri kita untuk berani keluar dari kenyamanan dan melahirkan cara-cara baru yang lebih baik, lebih efisien, lebih akuntabel dan tentunya lebih memberi manfaat bagi masyarakat banyak. 

"Untuk semua itu maka harus berani gagal dan terus mencoba sampai sukses. Seperti halnya Thomas Alfa Edison yang gagal 1000 kali sebelum melahirkan lampu pijar. Silahkan semua mencoba dan melahirkan karya yang bisa mengoptimalkan trapped values disekitar Anda," tutup Arcandra.

Selanjutnya: Pacu daya saing sektor IKM, Kemenperin bentuk ekosistem startup

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×