Reporter: Agung Hidayat | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - Dua kabar gembira menyulut optimisme produsen kaca PT Asahimas Flat Glass Tbk. Pertama, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebut penjualan mobil mulai naik, dan kedua Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan. Manajemen Asahimas memprediksi hal ini berefek domino positif bagi industri kaca dalam negeri.
Sekadar mengingatkan, Gaikindo merilis penjualan mobil ke diler atau wholesales per Agustus 2017 sebanyak 96.461 unit, atau naik 13,19% ketimbang Juli 2017. Adapun akumulasi penjualan mobil dari Januari-Agustus 2017 tumbuh 3,51% ketimbang periode yang sama 2016. Kenaikan penjualan Gaikindo bisa menjadi pertanda bisnis otomotif mulai menggeliat.
Sementara itu, BI memangkas bunga acuan 7 day reverse repo rate (7DRR) sebanyak dua kali dalam dua bulan terakhir. Saat ini 7DRR berada pada level 4,25%. Turunnya bunga acuan oleh bank sentral bisa mendorong geliat penjualan properti lewat kredit.
Tak heran jika Asahimas sebagai produsen kaca otomotif dan kaca lembaran melihat dua kabar tadi sebagai pertanda baik. "Karena penjualan produk kami sangat bergantung pada sektor tersebut," ujar Christoforus, Sekretaris Perusahaan PT Asahimas Flat Glass Tbk kepada KONTAN Minggu, (24/9).
Meski sudah melihat tanda-tanda positif, Asahimas belum berani menargetkan pertumbuhan kinerja agresif. Hingga akhir 2017, mereka lempeng menargetkan pertumbuhan kinerja sejalan dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 4%-5%.
Maklum, sepanjang semester I-2017, bisnis Asahimas bisa dibilang seret. Perusahaan yang tercatat dengan kode saham AMFG di Bursa Efek Indonesia tersebut mencatatkan penjualan neto Rp 1,79 triliun, atau turun 4,28% ketimbang semester I-2016.
Penurunan topline atau penjualan ini belum seberapa. Laba periode berjalan Asahimas semester I- 2017 menyusut enam kali lipat lebih ketimbang periode yang sama 2016 menjadi Rp 20,94 miliar.
Manajemen Asahimas menjelaskan, penyebab kinerja semester I-2016 tak atraktif karena kondisi industri kaca kelebihan pasokan alias over supply. Tak ayal, persaingan produsen kaca merebut pasar menjadi cukup ketat.
Selain itu, Asahimas mengaku masih terbebani oleh biaya energi. "Kami sangat berharap harga gas dapat diturunkan untuk menciptakan daya saing produk kaca baik di dalam dan luar negeri," harap Christoforus.
Masih menurut catatan laporan keuangan semester I-2017, Asahimas menanggung biaya gas alam, listrik dan air sebesar Rp 439,22 miliar. Biaya itu berkontribusi 28,71% terhadap total beban pokok penjualan Rp 1,53 triliun. Kalau disandingkan dengan periode semester I-2016, biaya gas alam, listrik dan air tersebut naik 17,19%.
Sejauh ini, Asahimas memiliki pabrik kaca otomotif dengan kapasitas produksi terpasang sebesar 5 juta meter persegi (m²) per tahun. Kapasitas tersebut setara untuk penggunaan 1,5 juta unit mobil. Utilitas mesin produksi mereka kini sekitar 80%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News