kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asaki: Bisnis keramik masih menantang meski harga gas industri US$ 6 per MMBTU


Senin, 06 Juli 2020 / 19:34 WIB
Asaki: Bisnis keramik masih menantang meski harga gas industri US$ 6 per MMBTU
ILUSTRASI. Pekarja mengamati wall ceramic sebelum proses pembakaran akhir di pabrik Roman Ceramic Balaraja Banten, Kamis (9/3). Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mencatat sudah ada enam pabrik keramik di Pulau Jawa yang stop produksi karena kalah ber


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) memberikan apresiasi kepada pemerintah atas dukungan stimulus berupa implementasi harga gas industri sebesar US$ 6 per MMBTU. Namun demikian, industri keramik Indonesia masih harus menghadapi tantangan di sisa tahun ini.

Ketua Umum Asaki Edy Suyanto mengatakan, implementasi harga gas industri US$ 6 per MMBTU sudah mulai diberlakukan untuk industri keramik yang berada di Jawa bagian Barat. Dalam hal ini, 44% alokasi volume gas yang masuk dalam tagihan pembayaran yang jatuh tempo di pertengahan Juli 2020 sudah menggunakan harga US$ 6 per MMBTU sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No. 89K/10/MEM/2020.

Adapun sisanya masih menggunakan harga gas yang lama sebesar US$ 9,1 per MMBTU. Hal tersebut disebabkan Letter of Agreement (LoA) antara PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan industri hulu yang terlaksana baru mencapai 44%.

Baca Juga: Strategi Intikeramik Alamasri Industri Saat Masa Pandemi Covid-19

Edy menyebut, industri keramik yang berada di Jawa bagian Timur akan menerima stimulus harga gas industri US$ 6 per MMBTU untuk pembayaran di bulan Agustus mendatang.

Asaki pun menghargai perhatian Kementerian Perindustrian dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang terus mengawal implementasi dari stimulus harga gas industri yang baru. Apresiasi juga diberikan atas upaya terbaik dari PGAS untuk menurunkan harga gas industri menjadi US$ 6 per MMBTU.

“Tagihan dengan harga yang baru sangat membantu industri keramik yang sedang mengalami kesulitan arus kas akibat penerapan PSBB dan pelemahan daya beli masyarakat,” ungkap Edy dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Senin (6/7).

Asaki yakin implementasi harga gas industri yang baru dapat membantu peningkatan daya saing industri sekaligus memberikan efek berganda (multiplier effect).

Dengan begitu, industri keramik nasional dapat lebih agresif memanfaatkan peluang pasar di kawasan Asia Tenggara dan peluang baru untuk pasar Australia yang selama ini dikuasai produk keramik asal Malaysia.

Lebih lanjut, Asaki memiliki harapan untuk membantu pemulihan ekonomi melalui percepatan penyerapan anggaran belanja pemerintah, penggunaan produk keramik buatan domestik untuk proyek-proyek infrastruktur, hingga penyaluran dana desa dan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) untuk proyek perumahan sederhana.

Baca Juga: Produsen keramik Essenza memperkuat jaringan distribusi di pasar lokal

“Asaki mengharapkan atensi pemerintah untuk penguatan industri keramik nasional dalam menghadapi tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19 serta gencarnya produk impor dari India dan Vietnam dengan mengeluarkan safeguard untuk kedua negara tersebut,” jelas Edy.

Dia menambahkan, kendala yang masih dihadapi oleh industri keramik nasional yang butuh campur tangan pemerintah berkaitan dengan penghapusan minimum pembayaran untuk pemakaian gas di semester kedua.

Sebab, bisa dipastikan mayoritas industri keramik dalam negeri belum bisa berproduksi normal di tengah lesunya daya beli dan level persediaan produk yang oversupply di gudang pabrik keramik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×