Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor produk kayu olahan Indonesia terus meningkat. Pasar Asia Timur menjadi tujuan ekspor utama. Jepang menjadi importir primadona karena kayu Indonesia cocok untuk kebutuhan arsitektur bangunan untuk pulau rawan gempa tersebut.
Kepala Sub Bidang Unit Ekspor Impor Direktorat Jenderal Pengolahan Hutan Produksi Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PHPL KLHK) Sigit Pramono menyampaikan bahwa pasar Asia merupakan tujuan favorit eksportir kayu.
"China, Korea dan Jepang mendominasi tujuan ekspor Indonesia kurang lebih 70% dari pasar dunia," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (8/11).
Mengutip database COMTRADE milik Persatuan Bangsa-Bangsa (UN), sepanjang tahun 2017 Jepang mengimpor US$ 10,26 miliar untuk produk HS Code 44 berupa kayu, artikel kayu dan kayu arang.
Impor dari Indonesia berada di posisi ketiga dengan nilai US$ 875,21 juta. Posisi pertama adalah China senilai US$ 1,41 miliar, dan Kanada senilai US$ 1,05 miliar.
Sedangkan pada tahun 2016, impor kayu Jepang senilai US$ 10,15 miliar. Eksportir kayu terbesar pada periode itu adalah China senilai US$ 1,455 miliar, diikuti India senilai US$ 990,27 miliar dan akhirnya Indonesia yang berkontribusi hingga US$ 866,98 juta.
Kemudian untuk kinerja ekspor HS Code 44 Indonesia tersebut, tahun 2017, ekspornya mencapai US$ 4 miliar. Pengiriman terbesar kepada Jepang senilai US$ 813,3 miliar dan kepada China senilai US$ 754,41 miliar.
Angka ini naik dari kinerja ekspor 2016 dengan nilai total US$ 3,86 miliar, tapi dengan peringkat beda di mana China mendominasi senilai US$ 825,76 miliar dan Jepang di US$ 793,27 miliar.
Perbedaan angka impor dan ekspor ini kemungkinan karena perhitungan Free on Board (FOB) negara eksportir dan perhitungan Cost, Insurance and Freight (CIF) negara importir.
Terkait hal ini, manajemen TIRT menyampaikan pada Kontan bahwa mayoritas ekspor emiten memang ditujukan kepada Jepang, lebih dari 90%, dan kurang lebih 10% kepada India dan Benuar Eropa.
"Minat ekspor kayu ke Jepang sangat tinggi dikarenakan Jepang terletak di Cincin Api Pasifik yang menyebabkan rawan terkena gempa dan bencana alam lainnya. Dari tingkat risiko tersebut, orang Jepang sangat membutuhkan produk dari kayu yang memiliki kualitas baik karena kayu dapat melengkung dan melintir di bawah tekanan," papar keterangan yang diterima Kontan.co.id
Hal ini terlihat dari kinerja ekspor sejumlah emiten dalam bidang kayu, kinerja ekspor ke pasar Asia terlihat pada emiten PT Tirta Mahakam Resources Tbk (TIRT) hingga kuartal III 2018 melaporkan kenaikan pendapatan usaha sebesar 43,26% di Rp 792,2 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu di Rp 552,97 miliar.
Mayoritas penjualan atau di atas 10%, ditujukan kepada perusahaan Itochi Kenzai Corporation, SMB Kenzai Co., Ltd yang sebelumnya bernama Sumisho & Mitsubishi Kenzai Co., Ltd dan kepada perusahaan Japan Kenzai Co., Ltd.
Sedangkan kinerja PT SLJ Global Tbk (SULI) lebih kuat lagi. Pendapatan emiten ini hingga September 2018 meningkat 49,79% menjadi US$ 71,87 juta dari posisi yoy US$ 47,98 juta.
Pendapatan SULI utamanya disokong oleh penjualan ekspor yang memberi kontribusi penjualan sebesar US$ 64,45 juta melonjak 56,74% dari yoy di US$ 41,12 juta.
Sedangkan penjualan dalam negeri senilai US$ 7,42 juta, naik 8,16% dari yoy US$ 6,86 juta.
Kegiatan emiten SULI secara konsolidasi dilaporkan paling aktif melakukan penjualan eksternal ke Asia Timur, kemudian di Indonesia, Eropa, Australia dan Asia Tenggara. Adapun aset utama Grup terletak di Kalimantan Timur, Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News