Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bisnis sektor industri properti, yang mencakup pembelian, penjualan, dan sewa properti seperti tanah, rumah, apartemen, dan gedung komersial, masih memiliki prospek positif pada semester-II 2025.
Hal ini disampaikan Wakil Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia (REI), Bambang Ekajaya.
Ia mengatakan prospek industri ini masih akan tetap cerah di sepanjang tahun ini, asalkan dibantu dengan berbagai kebijakan yang bisa turut serta mengakselerasi penjualan properti.
Baca Juga: Hyatt Jual Portofolio Properti Playa Senilai US$2 Miliar ke Tortuga Resorts
"Jadi REI tetap menatap bisnis properti tetap cerah, asal dibantu dengan kebijakan-kebijakan yang bisa mengakselerasi penjualan," ungkap Bambang kepada Kontan, Kamis (3/7).
Ada pun, kebijakan yang dimaksud Bambang ialah misalnya kestabilan harga bahan bakar minyak (BBM), kemudian pertumbuhan penciptaan lapangan kerja baru, serta perpanjangan insentif langsung Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).
Pemberian insentif seperti PPN DTP ini turut mendorong penjualan rumah, apartemen, ruko komersial nonsubsidi masih tetap berjalan.
"Selain tiga itu, jika memungkinkan bisa diperluas pasarnya dari properti ready stock ke properti inden, tentu dengan batasan-batasan yang aman bagi konsumen,» tambahnya.
Baca Juga: Efek Terbatas Suku Bunga Bagi Bisnis Asuransi Properti
Melihat kondisi perekonomian di tahun 2025 yang banyak menghadapi tantangan mulai dari ketegangan geopolitik hingga pelemahan daya beli masyarakat, tentunya ini menjadi salah satu rintangan tersendiri bagi industri properti.
Namun, ia mengatakan bahwa keputusan pemerintah menambah kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) menjadi 350.000 unit pada tahun ini dari yang sebelumnya direncanakan 220.000, ini bak angin segar bagi pelaku industri properti.
Sebelumnya Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Fahri Hamzah menyampaikan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan jumlah backlog rumah di Indonesia mencapai 15 juta antrian.
Fahri mengatakan bahwa kenaikan angka backlog ini selaras dengan dinamika demografis terbaru di Indonesia, yang terus mengalami peningkatan.
Baca Juga: Peluang Bisnis Baru, Bank Permata Menawarkan Kredit Properti Untuk Warga Asing
Menyoal tentang ini, Bambang menyebut penambahan antrean backlog ini turut menambah daya tarik pasar bisnis properti di Indonesia.
"Dengan backlog rumah yang mencapai 15 juta dan terus bertambah 600.000-800.000 per tahun membuat pasar properti di Indonesia tetap menarik," tuturnya.
Bambang menambahkan bahwa segmen produk properti yang disasar oleh anggota REI kini beragam, mulai dari apartemen super mewah, rumah super luxury, rumah FLPP, hingga office tower.
Terakhir, Ia memandang bahwa program 3 juta rumah besutan Presiden Prabowo Subianto juga bisa turut mendukung industri properti ini tetap berjalan dan diharapkan bisa makin eksis.
"Kami melihat dengan keberadaan Kementerian PKP menunjukan support pemerintahan Prabowo secara all out. Apalagi dengan program 3 juta hunian atau rumah per tahun," pungkasnya.
Selanjutnya: ICX Terapkan Sejumlah Langkah Ini dalam Memitigasi Risiko Pendanaan
Menarik Dibaca: 5 Manfaat Senam Kegel untuk Wanita, Bikin Orgasme Lebih Baik!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News