Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca implementasi harga gas US$ 6 per MMBTU bagi sektor industri, Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) berharap rekonsiliasi tagihan tak mengganggu upaya peningkatan utilisasi.
Ketua AKLP Yustinus Gunawan mengungkapkan, industri anggota asosiasi di Jawa Bagian Barat telah menerima tagihan bulan Juli dengan harga US$ 6 per MMBTU. Sayangnya, sejumlah pelaku industri lain masih belum menerima tagihan yang sama dan masih menggunakan besaran harga gas yang lama.
"Di Jawa Bagian Timur, PGN menagih dengan harga US$ 6 MMBTU untuk hanya 20% volume pemakaian Juli, sedangkan 80% pemakaian Juli ditagih dengan harga lama. Bahkan, PT Bayu Buana Gemilang menagih dengan harga lama untuk seluruh pemakaian Juli," ungkap Yustinus kepada Kontan.co.id, Senin (17/8).
Baca Juga: Asosiasi kaca lembaran bakal kembali ajukan permohonan safeguard tahun ini
Yustinus melanjutkan, memang nantinya akan ada pengembalian atas kelebihan bayar. Sayangnya, AKLP menilai pengeluaran yang besar untuk membayar tagihan dinilai cukup berdampak pada peningkatan daya saing yang diperlukan di kuartal III tahun ini.
Sebelumnya, Direktur Komersial PGN Faris Aziz mengungkapkan upaya rekonsiliasi akan segera dilakukan. Pasalnya implementasi harga gas di hulu untuk sektor industri terhitung sejak 13 April 2020 dan sektor kelistrikan sejak 22 April 2020. Proses rekonsiliasi penghitungan ini ditargetkan akan dimulai pada bulan depan.
Faris melanjutkan, penyesuaian harga gas untuk sektor industri telah dilakukan untuk 183 pelanggan. Arief menyebutkan masih ada lima industri yang belum menerima penyesuaian gas. Adapun penyebabnya yakni kelima industri tersebut masih off alias belum beroperasi kembali.
"Kalau mereka beroperasi tinggal kita salurkan kelima industri itu. Distribusi pelanggan sudah 100% kita siap, sementara sisi industri ini yang siap memang 183 ini," ujar Faris dalam diskusi virtual, Kamis (6/8).
Yustinus melanjutkan, penyesuaian harga gas memang berdampak pada kegiatan usaha industri kaca lembaran yang juga mulai meningkat.
Ia memastikan, permintaan kaca lembaran untuk diproses menjadi kaca pengaman otomotif meningkat seiring produksi mobil yang juga meningkat setelah sebelumnya turun akibat dampak pandemi Covid-19.
"Pada akhir 2019, Gaikindo menargetkan produksi mobil 1,1 juta untuk tahun 2020. Pada saat pandemi, Gaikindo merevisi menjadi 500.000 unit, kemudian belakangan ini merevisi kembali menjadi 600.000 unit untuk domestik dan ekspor," terang Yustinus.
Baca Juga: Asosiasi kaca lembaran sebut penurunan harga gas industri bisa tingkatkan daya saing
Selain sektor otomotif, permintaan kaca lembaran juga meningkat ditopang pertumbuhan permintaan dari sektor properti.
AKLP memproyeksikan tingkat utilisasi di akhir tahun ini bisa mencapai 60% meskipun belum sebaik capaian kuartal I 2020 sebesar 75% di mana saat itu dampak pandemi belum terasa.
"Tingkat utilisasi bisa kembali 75% mudah-mudahan pada akhir kuartal I 2021. Pasar ekspor juga katanya sudah mulai membaik, mungkin akhir Agustus akan lebih jelas," kata Yustinus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News