Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) menolak niatan PT Perusahaan Gas Negara untuk menaikkan harga jual gas pelanggan komersial industri per 1 Oktober 2019.
Yustinus Gunawan selaku Ketua AKLP mengungkapkan kenaikan harga jual gas akan menghambat pertumbuhan industri kaca. "Ini akan turunkan daya saing, ekspor bisa tertekan dan impor meningkat," kata Yustinus ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (23/8).
Yustinus menilai pasar Indonesia yang semakin membaik pasca Pemilu sedang menjadi incaran ekspansi industri kaca lembaran Asia Tenggara.
Respon serupa diungkapkan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perdagangan Benny Soetrisno. "Akan menjadi masalah jika harga gas lebih tinggi dari yang sekarang," sebut Benny, Jumat (23/8).
Baca Juga: Asing jual bersih, IHSG mampu menguat 0,26% ke 6.255 di akhir perdagangan pekan ini
Benny bahkan mengharapkan harga gas dapat disesuaikan dengan yang tertuang dalam Peraturan Presiden No 40/2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi dimana harga gas bumi ditetapkan sebesar US$ 6/MMBTU.
Benny bahkan berpendapat, harga gas harus memberikan banyak manfaat dan bukan dijadikan sumber keuntungan bisnis semata.
Mewakili asosiasi, Yustinus mengungkapkan akuisisi Pertagas oleh PGN seharusnya membuat perseroan lebih kuat dan efisien. Sayangnya, niatan menaikkan harga jual gas justru mengurangi daya saing industri.
Terlebih saat ini industri kaca lembaran punya prospek menjanjikan seiring bertumbuhnya hunian, komplek perkantoran dan infrastruktur. " Kami menargetkan pertumbuhan 6 % hingga 7%," kata Yustinus.
Baca Juga: PGN berencana menaikkan harga gas untuk pelanggan komersial industri
Ia bahkan mempertanyakan langkah PGN yang dinilai kontradiktif dengan upaya pemerintah dalam mendorong ekspor dan mengkondusifkan iklim investasi. Yustinus tidak menampik langkah ini bakal memberi dampak lanjutan.
Ia mencontohkan, industri otomotif yang digalakkan pemerintah bisa menjadi sia-sia sebab industri kaca lembaran termasuk penyokong bahan baku industri otomotif. "Jangan sampai industri dalam negeri gigit jari," pesan Yustinus.
Sementara itu, Pengamat Energi Universitas Gajah Mada Fahmy Radhi menilai kenaikan harga gas tentunya akan berdampak pada kenaikan harga produksi barang dan jasa. Namun menurutnya, penurunan harga gas baru bisa dilakukan setelah pembangunan infrastruktur milik PGN matang.
"Ini (kenaikan harga) harus dilakukan, pasalnya PGN harus membiayai infrastruktur jaringan gas," sebut Fahmy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News