Reporter: Agung Hidayat | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua umum Asosiasi Mainan Indonesia (AMI) Sutjiadi Lukas mengatakan prospek permintaan mainan terus meningkat di Indonesia. Khususnya untuk segmen anak usia dini.
"Saya lihat kebutuhan mainan untuk kelas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat besar," terang Lukas ditemui saat seminar industri mainan, Jumat (23/2).
Sayangnya kue yang besar itu, kata Lukas, belum banyak mendapatkan perhatian khusus. Lukas menyebutkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan belum terlalu aware terhadap ke-SNI an mainan yang dipergunakan oleh PAUD, sehingga masih banyak beredar mainan di PAUD yang belum terstandarisasi. "Potensinya cukup besar, kalau bisa ditangani perusahaan lokal lebih bagus lagi. Jenis yang banyak dicari disana jenis mainan robotik," ujarnya.
Sampai saat ini permintaan mainan di Indonesia dipenuhi baik oleh impor maupun lokal. Porsi impor, kata Lukas, masih sangat mendominasi sekitar 60-65% dari nilai transaksi.
"Setiap bulan itu ada sekitar 1.000 kontainer impor isi mainan, taruhlah satu kontainer bernilai Rp 400 juta," kata Lukas.
Artinya dalam sebulan nilai impor mainan mencapai Rp 400 miliar, serta dalam setahun sekitar Rp 4,8 triliun.
Sedangkan untuk industri lokal, asosiasi mendorong agar anggotanya tidak hanya jadi importir tapi juga mampu menjadi perakit mainan di dalam negeri. Saat ini AMI baru memiliki tiga anggota yang mempunyai pabrik perakitan.
Tahun ini menurut Lukas ada beberapa perusahaan yang menambah investasi untuk industri mainan. Salah satunya PT Jaya Makmur Indonesia asal Jakarta yang memproduksi mainan boneka, kata Lukas, mereka tengah membeli mesin produksi yang baru.
Adanya aplikasi Sistem Informasi Industri Nasional (Siinas) yang dicanangkan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk pengurusan SNI diyakini mempercepat kerja industri. "Kalau dulu kan pengurusan SNI biasanya lima hari itu pun tunggu pejabatnya apakah sedang ditempat. Harapannya dengan Siinas ini pengurusan bisa lebih cepat, soalnya ini dapat berefek ke modal kerja juga untuk efisiensi," imbuh Lukas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News