kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Asosiasi Pilot Garuda minta pemerintah turun tangan atasi persoalan Garuda (GIAA)


Minggu, 23 Mei 2021 / 15:11 WIB
Asosiasi Pilot Garuda minta pemerintah turun tangan atasi persoalan Garuda (GIAA)
ILUSTRASI. Garuda Indonesia (GIAA) telah menawarkan program pensiun dini bagi karyawannya.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) semakin terhempas oleh pandemi covid-19. Beban dan rugi yang semakin tinggi membuat GIAA harus melakukan langkah efisiensi. Emiten penerbangan BUMN itu pun telah menawarkan program pensiun dini bagi karyawannya.

Asosiasi Pilot Garuda (APG) pun buka suara mengenai persoalan yang membebani GIAA. Ketua APG Capt. Muzaeni menegaskan, dalam hal ini pihaknya tidak menolak maupun setuju dengan program pensiun dini yang digagas manajemen GIAA. Program tersebut merupakan bagian dari manajemen GIAA untuk restrukturisasi total.

"Bisa saja pengurangan karyawan dihindari dengan cara lain yang mesti dirundingkan bersama antara manajemen dengan asosiasi/serikat, yang mewakili karyawan," kata Muzaeni kepada Kontan.co.id, Minggu (23/5). 

Program pensiun dini dinilai sebagai upaya mengurangi jumlah karyawan secara sukarela tanpa tekanan, paksaan, dan intimidasi. Yang terang, Muzaeni menegaskan bahwa pihaknya menolak adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak.

Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) tawarkan pensiun dini ke karyawan, ini beban berat GIAA

Sebab, hal itu akan melanggar perjanjian kerja bersama yang berpotensi mendatangkan konflik hukum baik perdata maupun pidana. "Perlu juga untuk diperhatikan arahan Bapak Presiden RI agar tidak ada PHK pada Pandemi ini. Pilihannya memang sulit untuk manajemen (GIAA), karena situasi dan kondisi yang kesulitan keuangan karena Covid-19," sambung Muzaeni.

Dia memberikan gambaran, kondisi penerbangan sangat telak terhantam pandemi covid-19. Tak hanya untuk domestik, tapi juga industri penerbangan global. Delapan bulan awal pandemi (Maret-Oktober 2020) merupakan masa yang sangat sulit bagi industri penerbangan seiring dengan jumlah penumpang yang anjlok drastis.

Meski masih jauh dari level normal, jumlah penumpang mulai merangkak naik pada November 2020 dan dua pekan awal Desember 2020. Jumlah penumpang kembali merosot pada masa Januari-Maret 2021 lantaran merupakan masa isian rendah (low season) bagi industri penerbangan.

Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) luncurkan promo dengan diskon harga tiket 25%

Pada bulan April, jumlah penumpang meningkat cukup pesat. Tapi, kekhawatiran atas gelombang pandemi covid-19 kembali melanda, terutama karena melonjaknya kasus di India. "Jungkir balik pelaku industri penerbangan untuk mendapatkan pemasukan," sebut Muzaeni.

Apalagi momentum mudik Lebaran Idul Fitri yang sangat ditunggu oleh industri transportasi, tahun ini kembali harus pupus lantaran ada larangan mudik. Pada momentum tersebut, penerbangan di Garuda yang biasanya 120-170 per hari, turun drastis menjadi hanya 30-an penerbangan per hari. "Bahkan satu-dua hari sebelum dan sesudah hari raya, hanya 17 penerbangan," ungkap Muzaeni.

Namun, APG kembali melihat secercah harapan. Pasalnya, sejak 18 Mei 2021, jumlah penumpang kembali merangkak naik. Meski demikian, Muzaeni menyadari bahwa akumulasi kerugian yang menumpuk selama pandemi membuat GIAA sangat kesulitan.

Baca Juga: Garuda (GIAA) pastikan kesiapan operasional periode pengendalian transportasi mudik



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×