Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) semakin terhempas oleh pandemi covid-19. Beban dan rugi yang semakin tinggi membuat GIAA harus melakukan langkah efisiensi. Emiten penerbangan BUMN itu pun telah menawarkan program pensiun dini bagi karyawannya.
Asosiasi Pilot Garuda (APG) pun buka suara mengenai persoalan yang membebani GIAA. Ketua APG Capt. Muzaeni menegaskan, dalam hal ini pihaknya tidak menolak maupun setuju dengan program pensiun dini yang digagas manajemen GIAA. Program tersebut merupakan bagian dari manajemen GIAA untuk restrukturisasi total.
"Bisa saja pengurangan karyawan dihindari dengan cara lain yang mesti dirundingkan bersama antara manajemen dengan asosiasi/serikat, yang mewakili karyawan," kata Muzaeni kepada Kontan.co.id, Minggu (23/5).
Program pensiun dini dinilai sebagai upaya mengurangi jumlah karyawan secara sukarela tanpa tekanan, paksaan, dan intimidasi. Yang terang, Muzaeni menegaskan bahwa pihaknya menolak adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak.
Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) tawarkan pensiun dini ke karyawan, ini beban berat GIAA
Sebab, hal itu akan melanggar perjanjian kerja bersama yang berpotensi mendatangkan konflik hukum baik perdata maupun pidana. "Perlu juga untuk diperhatikan arahan Bapak Presiden RI agar tidak ada PHK pada Pandemi ini. Pilihannya memang sulit untuk manajemen (GIAA), karena situasi dan kondisi yang kesulitan keuangan karena Covid-19," sambung Muzaeni.
Dia memberikan gambaran, kondisi penerbangan sangat telak terhantam pandemi covid-19. Tak hanya untuk domestik, tapi juga industri penerbangan global. Delapan bulan awal pandemi (Maret-Oktober 2020) merupakan masa yang sangat sulit bagi industri penerbangan seiring dengan jumlah penumpang yang anjlok drastis.
Meski masih jauh dari level normal, jumlah penumpang mulai merangkak naik pada November 2020 dan dua pekan awal Desember 2020. Jumlah penumpang kembali merosot pada masa Januari-Maret 2021 lantaran merupakan masa isian rendah (low season) bagi industri penerbangan.
Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) luncurkan promo dengan diskon harga tiket 25%
Pada bulan April, jumlah penumpang meningkat cukup pesat. Tapi, kekhawatiran atas gelombang pandemi covid-19 kembali melanda, terutama karena melonjaknya kasus di India. "Jungkir balik pelaku industri penerbangan untuk mendapatkan pemasukan," sebut Muzaeni.
Apalagi momentum mudik Lebaran Idul Fitri yang sangat ditunggu oleh industri transportasi, tahun ini kembali harus pupus lantaran ada larangan mudik. Pada momentum tersebut, penerbangan di Garuda yang biasanya 120-170 per hari, turun drastis menjadi hanya 30-an penerbangan per hari. "Bahkan satu-dua hari sebelum dan sesudah hari raya, hanya 17 penerbangan," ungkap Muzaeni.
Namun, APG kembali melihat secercah harapan. Pasalnya, sejak 18 Mei 2021, jumlah penumpang kembali merangkak naik. Meski demikian, Muzaeni menyadari bahwa akumulasi kerugian yang menumpuk selama pandemi membuat GIAA sangat kesulitan.
Baca Juga: Garuda (GIAA) pastikan kesiapan operasional periode pengendalian transportasi mudik
Oleh sebab itu, Muzaeni berharap pemerintah bisa segera turun tangan untuk membantu meringankan beban Garuda Indonesia. Dengan begitu, dia optimistis kinerja GIAA perlahan bisa kembali merangkak naik, dan melewati masa sulit tanpa mengurangi karyawan.
"Kiranya pemerintah secepatnya turun tangan untuk membantu penyelesaian permasalahan Garuda Indonesia. Agar bisa melewati masa yang sangat sulit ini, tanpa mengurangi karyawannya. Insyaa Allah akan menjadi lebih baik lagi," ujar Muzaeni.
Direktur Utama Garuda Indonesia (GIAA) Irfan Setiaputra dalam keterangan resmi, Jumat (21/5) menyampaikan bahwa pihaknya tengah dalam tahap awal penawaran program pensiun yang dipercepat, bagi karyawan yang memenuhi kriteria dan persyaratan keikutsertaan program tersebut.
Menurut Irfan, penawaran program ini dilakukan sejalan dengan upaya pemulihan kinerja usaha yang tengah dijalankan GIAA supaya bisa lebih sehat, serta adaptif menjawab tantangan kinerja usaha di era kenormalan baru.
Baca Juga: Garuda Indonesia Group layani penerbangan dengan pilot dan awak yang telah divaksin
Irfan menambahkan, situasi pandemi yang masih terus berlangsung hingga saat ini mengharuskan GIAA melakukan langkah penyesuaian aspek supply & demand di tengah penurunan kinerja operasi imbas penurunan trafik penerbangan yang terjadi secara signifikan. Dia menegaskan, program pensiun dipercepat ini ditawarkan secara sukarela terhadap karyawan yang telah memenuhi kriteria.
Irfan bilang, kebijakan ini menjadi penawaran terbaik yang dapat manajemen GIAA upayakan terhadap karyawan di tengah situasi pandemi, yang mengedepankan kepentingan bersama seluruh pihak baik karyawan maupun Garuda. "Ini merupakan langkah berat yang harus ditempuh perusahaan. Namun opsi ini harus kami ambil untuk bertahan di tengah ketidakpastian situasi pemulihan kinerja industri penerbangan yang belum menunjukkan titik terangnya di masa pandemi Covid-19 ini," tutup Irfan.
Dalam catatan Kontan.co.id, hingga kuartal ketiga 2020, pendapatan GIAA ambles 67,79% menjadi US$ 1,14 miliar, dari sebelumnya US$ 3,54 miliar pada Q3-2019. Emiten penerbangan pelat merah ini membukukan rugi bersih US$ 1,07 miliar. Kondisi ini berbalik dari kuartal ketiga tahun sebelumnya yang masih mendulang laba bersih US$ 122,42 juta.
Per akhir September 2020, GIAA memiliki total liabilitas sebesar US$ 10,36 miliar, naik 177,74% dibandingkan total liablitas pada periode yang sama tahun 2019 yang sebesar US$ 3,73 miliar. Liabilitas GIAA per kuartal ketiga 2020 terdiri dari liabilitas jangka panjang senilai US$ 5,66 miliar dan liabilitas jangka pendek sebesar US$ 4,69 miliar.
Baca Juga: Garuda Indonesia tawarkan pensiun dini bagi karyawan, Dirut: Ini langkah berat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News