Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pemasok Energi, Batubara dan Mineral Indonesia (Aspebindo) meyakini ekspor batubara Indonesia akan kembali meningkat pada akhir 2025. Momentum musim dingin di sejumlah negara tujuan ekspor diyakini bakal menjadi katalis positif bagi permintaan.
Wakil Ketua Umum Aspebindo Fathul Nugroho mengatakan, musim dingin biasanya mendorong konsumsi listrik untuk pemanas ruangan, sementara batu bara masih menjadi sumber utama pembangkitan.
“Banyak negara, terutama Tiongkok dan India, akan mulai mengisi kembali stok batubara mereka yang menipis menjelang puncak musim dingin. Kedua faktor ini sangat berpengaruh terhadap kenaikan permintaan global,” kata Fathul kepada Kontan, Kamis (11/9/2025).
Baca Juga: Ekspor Batubara RI Mulai Pulih, Musim Dingin Jadi Angin Segar
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor batubara Indonesia pada Januari–Juli 2025 hanya mencapai 245,5 juta ton, turun 15% dibanding periode sama tahun lalu sebesar 289,1 juta ton. Kendati demikian, Fathul menilai target ekspor tahunan masih realistis.
“Momentum akhir tahun sering kali menjadi penentu utama volume ekspor. Jika permintaan global kembali kuat, sisa lima bulan bisa menutupi defisit di awal tahun,” ujarnya.
India disebut sebagai pasar krusial. Proyeksi 20th Electric Power Survey memperkirakan puncak permintaan listrik India akan mencapai 277,2 GW pada 2026–2027. Meski produksi domestik India meningkat, lonjakan kebutuhan energi tetap membuat negara tersebut bergantung pada impor, terutama di musim dingin.
Sementara itu, Eropa juga diprediksi berkontribusi meski tren jangka panjang permintaan batu bara menurun. Reuters dan LSEG melaporkan, pada kuartal III 2024 pembangkit listrik berbasis batubara di Jerman naik sekitar 64% dibanding kuartal sebelumnya, seiring kebutuhan musiman.
Selain volume, kenaikan permintaan diperkirakan bisa mendongkrak harga batubara, sehingga nilai ekspor tetap tinggi. Faktor lain yang mendukung adalah fleksibilitas kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) yang dapat memberi ruang bagi produsen untuk mengalihkan pasokan ke pasar internasional saat peluang terbuka.
Baca Juga: Permintaan Batubara Berpeluang Naik, ITMG Optimistis Capai Target Penjualan di 2025
Selanjutnya: Aset Dana Pensiun Capai Rp 1.593 Triliun, ADPI Sebut Industri Tetap Stabil
Menarik Dibaca: 11 Cara Menghilangkan Perut Buncit yang Membandel Menurut Ahli
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News