kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Astra Infra tetap tertarik akuisisi tol Waskita


Kamis, 14 September 2017 / 19:58 WIB
Astra Infra tetap tertarik akuisisi tol Waskita


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - Astra Infra atau yang sebelumnya dikenal dengan nama PT Astratel Nusantara terus melakukan ekspansi bisnis di jalan tol baik lewat proyek greenfield (proyek baru) dan brownfield (proyek yang sedang berjalan).

Astra Infra masih tertarik menarik penawaran untuk mengakuisisi jalan tol PT Waskita Toll Road (WTR), jika rencana divestasinya dibuka kembali. Maklum, perusahaan pelat merah tersebut masih tetap berencana menjual jalan tol tersebut namun dengan mekanisme yang lain.

Seperti diketahui, baru-baru ini Waskita membatalkan rencana divestasi 10 ruas jalan tol yang mereka punya lantaran penawaran yang masuk tidak sesuai dengan ekpektasi. Astra Infra merupakan salah satu investor yang ikut melakukan penawaran di ruas-ruas tol tersebut.

Menurut Wiwiek Santoso, Direktur Astra Infra, Astra Infra masih memiliki waktu yang longgar untuk mengejar target bisa menguasai 500 kilometer (km) jalan tol sampai tahun 2020. Pasalnya, saat ini mereka sudah memiliki konsensi di enam ruas tol sepanjang 342,7 km.

"Kalau bisnis itu ibarat mencari jodoh. Kalau belum jodoh untuk apa dikejar terus. Kalau jodoh gak ada kemana, jadi tinggal tunggu saja waktunya," kata Wiwiek di Jakarta, Kamis (14/9).

Astra Infra tetap membuka diri baik ke proyek yang sudah mulai dibangun atau proyek yang masih harus dilalui lewat tender asalkan hitung-hitungan bisnisnya sesuai dengan keinginan perusahaan. Pasalnya, proyek greenfield maupun brownfiled sama-sama memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri.

Wiwiek menjelaskan, investasi proyek brownfield memang lebih mahal tetapi ketidapastian dari pengembangan proyek sudah berkurang. Sementara kalau greenfield, investasinya lebih murah tetapi ketidakpastian terkait pembangunan proyek masih sangat besar seperti terkait pembebasan lahan.

Adapun kekurangan dari proyek brownfield biasanya sudah memiliki organisasi yang matang dengan budayanya sendiri. Sehingga saat Astra Infra masuk tentu akan lebih sulit untuk membawa budaya Astra di organisasi tersebut.

Di jalan tol Serpong-Balaraja misalnya, Astra Infra hanya menggengam porsi 25%. Tetapi perusahaan ini tetap memiliki perwakilan manajemen di proyek tol yang saat ini masih dalam proses tender untuk proses konstruksi.

Astra Infra optimistis tahun ini pendapatan bisa tumbuh sekitar 7%-10%. Hanya saja, Wiwiek tidak menyebutkan pencapaian pendapatan perusahaan tahun 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×