Reporter: Mona Tobing | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Indonesia bakal memiliki Museum Perkebunan pertama. Museum yang berlokasi di Medan, Sumatera Utara ini berisikan sejarah perkebunan kelapa sawit dari sejak dimulai pada zaman penjajahan kolonial hingga sebagai negara penghasil kelapa sawit nomor satu di dunia.
Soedjai Kartasasmita, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI) bercerita, ide untuk membangun museum tercetus sejak empat tahun lalu di Kendari, Sulawesi Tenggara. "Kemudian tahun lalu baru ada komitmen untuk pembangunan museum. PTPN II sebagai pencetus untuk menyerahkan sejumlah artefak museum," kata Soedjai pada Senin (11/5).
Selanjutnya, sejumlah perusahaan yang juga mempunya sejarah dan telah eksis awal abad 20 turut serta dalam pembangunan Museum Perkebunan ini. Diantaranya adalah PTPN sebagai kelanjutan perusahaan Belanda yang sudah dinasionalisasi, Lonsum sebagai perusahaan Inggris Harissons dan Crosfield. Lalu, Socfindo dan Sipef yang sekarang bernama PT Tolan Tiga.
Lalu, Bakrie Sumatra Plantations sebagai kelanjutan dari perusahaan Amerika, Uniroyal. Terakhir, Bridgestone sebagai kelanjutan dari Good Year.
Tidak ketinggalan, Pemerintah Belanda juga menyatakan kesediannya turut membangun Museum Perkebunan. Mereka akan memberikan sumbangan sebesar dana sebesar Rp 1 miliar, pelatihan kurator museum dan promosi perayaan museum yang rencananya akan diresmikan Desember 2015. Sayang, Soedjai enggan menyebut nilai investasi pembangunan Museum Perkebunan.
Sejarahnya dulu, kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an.
Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit. Pada tahun 1911 kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 hektar (ha).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News