Reporter: Herlina KD | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Masyarakat nampaknya perlu bersiap akan adanya krisis pangan global yang bisa berimbas pada krisis pangan nasional. Karenanya, pemerintah harus bersiap untuk meningkatkan produksi dan melakukan antisipasi atau respon cepat terhadap perubahan iklim.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, tahun ini ada sepuluh tantangan yang harus dihadapi Indonesia. Salah satunya inflasi kenaikan harga pangan dan energi. "Kalau tidak bisa kami antisipasi dan tidak cari pemecahannya akan berdampak banyak pada kemiskinan, pengangguran, pertumbuhan dan segala macam," kata SBY, Senin (10/1).
Wakil Menteri Pertanian Bayu Krishnamurti mengatakan krisis pangan memang menjadi ancaman nyata. "Bukan hanya sekedar otoritas pertanian seperti FAO, tapi juga otoritas ekonomi. Mereka sudah mensinyalir bahwa inflasi pangan itu sudah bisa menggerus pertumbuhan ekonomi secara global. Jadi merupakan hal yang sangat serius yang akan kita hadapi," ujarnya.
Bayu menambahkan, untuk mengantsipasi ancaman krisis pangan ini, maka Kementan akan memperkuat basis produksi pangan. Ia mencontohkan, untuk beras tahun ini Kementan masih optimis produksinya bisa meningkat sekitar 4% - 4,5% pada tahun 2011 ini.
"Kalau bisa menurut presiden bisa meningkat sampai 5%. Dan kita ini yang sedang kita rancang untuk kita susun dan kita tingkatkan menjadi 5%," kata Bayu. Asal tahu saja, tahun ini Kementan mematok target produksi padi sebesar 68.8 juta ton, atau naik 4,27% ketimbang tahun 2010 yang sebesar 65,98 juta ton.
Bayu bilang, berdasarkan pengalaman tahun 2010 tidak ada kegagalan panen dalam skala kecil. Artinya, jika kegagalan skala kecil ini bisa direspon dengan cepat, maka penurunan produksi bisa diminalisir. Bayu mencontohkan, untuk tanaman padi terjadi serangan wereng harus segera diantisipasi, atau ketika cabai saat pembungaan, tidak boleh terkena hujan karena bisa menggagalkan seluruh panen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News