kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aturan ketat, ekspor nikel amblas


Kamis, 05 Juli 2012 / 22:54 WIB
Aturan ketat, ekspor nikel amblas
ILUSTRASI. Konsumen memamfaatkan aplikasi salah satu multifinance untuk mencari informasi produk pembiayaan, Minggu (22/11). /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/22/11/2020


Reporter: Petrus Dabu |

JAKARTA. Pasca penerapan kebijakan pengetatan ekspor mineral oleh pemerintah, ekspor biji nikel tercatat hanya 6 kapal. Satu kapal tersebut, berkapasitas sekitar 50.000 ton.

"Ekspor sudah mulai jalan, tetapi baru sedikit,” ujar Ketua Asosiasi Nikel Indonesia, Shelby Ihsan Saleh kepada wartawan saat ditemui di Kompleks Parlemen, Kamis (5/7).

Shelby menuturkan, ekspor nikel mulai dilakukan pada Juni lalu dan ditujukan ke China. "Antam kalau tidak salah dua kapal dan ada beberapa perusahaan lainnya,” ujarnya.

Sebelum ada pengetatan ekspor mineral, ekspor nikel biasanya berkisar antara 15-20 kapal dalam satu bulan.

"Kebanyakan nikel dari Sulawesi,” ujarnya.

Kebijakan pengetatan ekspor mineral menyebabkan para pengusaha tambang nikel menahan produksi nikel sembari mengurus sejumlah persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Dengan kebijakan pengetatan ekspor kata dia dipastikan tahun ini ekspor nikel Indonesia tidak mencapai 32 juta ton seperti tahun lalu, padahal saat ini permintaan dari Jepang dan China cukup besar. "Setengahnya saja sudah bagus,” ujarnya.

Tingkat ekspor nikel di dalam negeri kata dia sangat tergantung pada permintaan dari negara tersebut. "Tahun 2011 besar (37 juta ton), tahun 2010 cuma 10 juta ton, tergantung permintaan,” ujarnya.

Tingginya ekspor nikel dalam bentuk mentah (raw material) tidak terlepas dari masih minimnya jumlah smelter di dalam negeri. Saat ini, hanya ada satu smelter nikel di Indonesia yaitu milik Inco.

Integra tetap ekspansif

Sebagai President, PT Integra Mining Nusantara, Shelby membeberkan, perusahaannya akan membangun smelter nikel di beberapa lokasi di Sulawesi.

Integra kata dia pada tahun 2008 dan 2009 memproduksi nikel masing-masing sebesar 1 juta ton yang diekspor ke China. Namun, tahun 2011 lalu Integra tidak memproduksi nikel. Integra katanya masih menahan produksi sampai proses pembangunan smelter-nya selesai dilakukan.

"Sekarang sedang mempersiapkan pembangunannya, peralatan kami beli dari China kapasitasnya 200.000 per bulan,” ujarnya.

Selain di Sulawesi, rencananya Inegra akan membangun smelter di Surabaya karena kondisi pasokan listriknya yang sudah cukup bagus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×