kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

ATVSI: Televisi masih menjadi media periklanan utama di Indonesia


Jumat, 06 November 2020 / 19:27 WIB
ATVSI: Televisi masih menjadi media periklanan utama di Indonesia


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) mengungkapkan, saat ini televisi masih menjadi media periklanan utama di Indonesia. Disisi lain, periklanan melalui media online berkembang sangat pesat.

Ketua Umum ATVSI Syafril Nasution memaparkan, pangsa pasar periklanan Indonesia dalam media TV pada 2020 alami penurunan menjadi 62,5% dari tahun 2015 yang sebeasar 66,2%. Kendati demikian, Syafril menyebut TV masih menjadi yang paling tinggi tempat orang memasang iklan.

"TV menjadi pilihan masyarakat untuk tempat menonton. Tentunya hiburan di televisi menjadi tontonan menarik apalagi di daerah. Menurut saya, sampai 15 tahun kedepan TV masih menjadi pilihan utama mendapatkan informasi dan hiburan. Untuk pendapatan dari iklan pasti masih akan mendominasi," ujar Syafril dalam The 2nd MarkPlus Industry Roundtable, Jumat (6/11).

Sementara itu pangsa pasar periklanan Indonesia dalam media print pada 2020 sebesar 15,2% dari 2015 yang sebesar 20,8%, media online malah terjadi peningkatan di 2020 sebesar 19,2% dari 2015 sebesar 9,1%, Iklan radio di 2020 sebesar 1,1% atau alami penurunan dari 2015 sebesar 0,3%

Selanjutnya, dari pendapatan periklanan TV pada 2020 adalah sebesar US$ 1,607 juta, media print sebesar US$ 392 juta, online atau mobile sebesar US$ 491 juta, dan radio sebesar US$ 29 juta. "Walaupun pangsa pasar iklan di TV menurun pada 2020, tapi televisi masih dominan menguasai iklan," katanya.

Syafril mengungkapkan, terjadinya peningkatan pada iklan media online disebabkan karena orang lebih senang menonton melalui gadget, disamping lebih cepat. Begitu juga dimasa pandemi ini, orang beralih dari print ke gadget. Hal tersebut membuat adanya peningkatan iklan di koran dan online.

Baca Juga: KPU minta pelaksanaan debat dan kampanye pilkada perhatikan protokol kesehatan

Oleh karena itu, dalam menyiasati hal tersebut, industri TV memiliki beberapa strategi seperti penguatan konten, dengan fokus kepada segmentasi dan target audiens, selain itu pemanfaatan multiple platform dengan monetisasi konten TV FTA melalui berbagai platform (online), dan juga menyajikan iklan yang inovatif dan kreatif.

"Menghadapi kondisi kedepan dalam suatu masalah kita harus mencari jalan keluar agar televisi bisa terus bertahan ditengah kondisi korona, dan ditengah kondisi masyakarat yang mulai beralih ke online. Di satu sisi bahwa online belum diatur oleh suatu aturan yang jelas. kalau di TV di kontrol oleh KPI, kita tidak bisa seenaknya menampilkan iklan dan program karena konten di kontrol," jelasnya.

Ia menambahkan, tentunya perubahan perubahan seperti penguatan konten harus dilakukan, karena orang menonton TV kalau tidak ada konten yang menarik tidak akan ditonton. Dalam penguatan konten juga harus mempunyai modal yang kuat dalam membaut dan menyajikan konten yang baik.

Menurutnya, Televisi juga marus melakukan monetiasasi konten yang disambukan ke platform lain. Dengan cara begitu, orang bisa melihat acara televisi tersebut di platform digital. "Tentunya dengan suatu kombinasi iklannya. Saya kira hampir seluruh TV sudah memiliki platform digital. Inilah salah satu cara mempertahankan," ujar Syafril.

Selain itu pada tahun 2023 ATVSI juga akan mempersiapkan diri untuk segera beralih ke digital, seiring dengan penatapan pemberhentian siaran analog (analog switch off/ASO) selama 2 tahun terhitung sejak diberlakukannya RUU Ciptaker. Implementasi ASO secara nasional akan menjadi tantangan bagi perusahaan FTA untuk mempersiapkan diri dari segala sisi, termasuk investasi.

"2023 sudah menggunakan tv digital tidak lagi analog. ini merupakan sebuah tantangan dengan sistem digital mengkompres frekuensi sehingga jumlah televisi menjadi lebih banyak. Dengan berubah ke digital juga akan banyak digital dividen yang digunakan untuk broadband," Ujarnya.

Menurut Syafril, keinginan pemerintah adalah masyarakat di desa bisa menikmati internet, tetapi disamping itu dengan adanya internet semua orang bisa mengakses internet dan ini menjadi tantangan tersendiri bagi industri penyiaran.

Selanjutnya: Kinerja perusahaan teknologi raksasa AS semakin cemerlang di tengah pandemi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×