Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Austindo Nusantara Jaya Tbk melihat prospek pasar yang cerah di 2022 khususnya karena melihat tren positif harga CPO (crude palm oil) yang diproyeksikan bertahan pada tingkat harga yang baik hingga kuartal II 2022.
Maka dari itu, perusahaan dengan kode emiten ANJT di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini juga menargetkan volume produksi dan penjualan tumbuh hingga 15% year on year (yoy) di 2022.
Asal tahu saja, di 2021 Austindo Nusantara Jaya membukukan volume produksi CPO sebesar 262.683 ton atau meningkat sebesar 7,4% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 244.485 ton. Sebanyak 62.022 ton dari capaian produksi 2021 merupakan produksi di kuartal keempat.
Adapun peningkatan produksi berdampak positif terhadap kinerja ANJT karena tingginya harga jual rata-rata (HJR) CPO pada tahun 2021. Hingga 30 September 2021, HJR mencapai US$ 752 per MT yang membuat ANJ berhasil membukukan laba bersih sebesar US$ 26 juta.
Direktur Utama Austindo Nusantara Jaya, Lucas Kurniawan mengatakan, di tahun ini pihaknya memproyeksikan pertumbuhan volume produksi dan penjualan CPO sekitar 15% dan akan terus tumbuh selama 5 tahun ke depan dengan pertumbuhan rata-rata (CAGR) 8% per tahun.
Baca Juga: Lima Tahun ke Depan, Austindo (ANJT) Pasang Target Kenaikan Volume Produksi CPO 8%
"Pertumbuhan volume tersebut didukung oleh profil usia tanam, yaitu 16% profil usia belum menghasilkan yang akan segera masuk tahapan produksi dalam periode 1 tahun, 17% profil usia muda dengan produksi yang akan tumbuh sampai usia puncak dan 38% profil usia puncak yang akan mendukung stabilitas produksi dan pendapatan," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (8/2).
Lucas memaparkan, pertumbuhan volume produksi dan penjualan tersebut juga didukung dengan tren positif harga CPO yang diproyeksikan akan bertahan pada tingkat harga yang baik hingga kuartal kedua 2022.
Lucas menegaskan bahwa pihaknya terus mencermati perkembangan harga karena akan sangat dipengaruhi juga oleh tingkat volume produksi minyak nabati lainnya, terutama minyak kedelai yang produksinya dipengaruhi oleh kondisi cuaca di Amerika Selatan sebagai sentra produksi kedelai.
Selain peluang pertumbuhan produksi, Austindo Nusantara Jaya juga menargetkan peluang untuk pengendalian biaya produksi dengan menargetkan penyelesaian pembangunan pabrik pupuk organik di Kalimantan Barat. Dia menjelaskan pupuk organik yang dihasilkan akan memenuhi kebutuhan pupuk di perkebunan Austindo di Kalimantan Barat hingga 50%.
Pemanfaatan pupuk organik ini dikatakan Lucas akan membantu untuk mengendalikan dampak kenaikan harga pupuk non-organik yang akhir-akhir ini meningkat dengan pesat. Selain itu, juga membantu meningkatkan produktivitas tanaman sawit karena nutrisi pupuk organik lebih mudah diserap oleh tanaman.
Untuk menangkap peluang bisnis yang ada di sepanjang 2022, Lucas menjelaskan ANJT akan melanjutkan program-program yang sejalan dengan aspek ESG untuk mendukung strategi pertumbuhan di masa depan, antara lain program penanaman kembali di perkebunan kami di Pulau Belitung dan perkebunan Sumatera Utara 1.
Kemudian, ANJT melaksanakan pembangunan infrastruktur di perkebunan Papua Barat dan pembangunan pabrik pupuk organik (kompos) di perkebunan Kalimantan Barat mengikuti program yang telah dilaksanakan sebelumnya di Pulau Belitung dan perkebunan Sumatera Utara
"Maka dari itu, kami mengnggarkan belanja modal di tahun ini sebesar US$ 49 juta yang bersumber dari dana internal yakni dari hasil operasi dan dana pinjaman bank," ungkapnya.
Di sisi lain dari peluang bisnis, Manajemen Austindo Nusantara Jaya juga kerap melihat tantangan bagi bisnis perkebunan di tahun ini. Lucas mencermati ada beberapa tantangan termasuk dampak perubahan cuaca yang sangat ekstrim sehingga mengakibatkan gangguan pada rantai pasok sawit dan kebutuhan penunjang produksi.
"Sejauh ini dampak dari perubahan cuaca pada operasi kami dapat dikendalikan dengan baik melalui penerapan pupuk organik dan fertigasi untuk mengendalikan dampak kemarau panjang, pembangunan system pengelolaan air untuk mencegah dampak banjir, pembangunan infrastruktur pencegah kebakaran dan lainnya," jelasnya.
Lantas, sehubungan dengan aturan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) yang baru diterbitkan pemerintah pada awal tahun 2022 untuk mengendalikan harga minyak goreng dalam negeri, diakui tidak berdampak signifikan kepada bisnis Austindo Nusantara karena sebagian besar penjualan CPO dilakukan di pasar domestik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News