Reporter: Gentur Putro Jati |
JAKARTA. PT Pertamina (Persero) harus melupakan rencana menambah pembelian 160.000 metrik ton (MT) Elpiji dari kilang Bontang, Kalimantan Timur, sehingga total menjadi 400.000 MT. Sebab, PT Badak NGL, operator kilang Bontang, terus mendapatkan perintah untuk mengirimkan gas itu kepada pembeli di luar negeri.
Direktur Utama Badak NGL Agus Haryanto bilang, Badak telah mendapat referensi catatan operasional pengiriman Elpiji produksi kilang Bontang dari Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (BP Migas) sampai awal Oktober ini.
Menurut jadwal, Bontang terakhir kali mengirimkan Elpiji ke Korea Selatan pada 29 September lalu. "Volumenya, C3H8 (propane) sebanyak 22.000 MT dan C4H10 (butane) sebanyak 22.000 MT," kata Agus, akhir pekan lalu.
Total, Bontang telah mengirimkan dua kargo Elpiji ke pembeli di Korea Selatan. Sebelumnya, Agustus lalu, Bontang juga telah mengirimkan propane sebanyak 37.000 MT dan butane sebanyak 38.000 MT untuk Petredec.
Petredec adalah broker asal Eropa yang memfasilitasi penjualan Elpiji ke pembeli Korea Selatan. Harga elpiji bulan September yang dijual ke Petredec adalah US$ 601,79 per MT untuk butane, dan untuk propane US$ 571,79 per MT.
Ini membuat rencana Pertamina untuk dapat membeli seluruh 160.000 MT elpiji produksi Bontang jatah ekspor kian tertutup. Dengan telah terjualnya 119.000 MT Elpiji ke luar negeri, kini hanya tersisa 41.000 MT elpiji yang bisa dibeli Pertamina.
Sesuai rencana penjualan, hanya dua kargo Elpiji yang akan dikirimkan Bontang keluar negeri. Sementara tujuh kargo lainnya untuk pembeli domestik yang tidak lain Pertamina sendiri. Ini sesuai perjanjian jual-beli 240.000 MT Elpiji produksi Bontang yang diteken Pertamina dengan Total E&P Indonesie dan Inpex selaku pemilik Bontang pada 4 Agustus lalu. Jual beli yang berlaku sejak Juli sampai Desember 2009 tersebut bernilai total US$ 120 juta. Pertamina harus membayar
US$ 500 per MT sesuai harga CP Aramco.
Ketika dikonfirmasi, Juru Bicara Pertamina Basuki Trikora Putra mengaku pihaknya akan terus mengupayakan pembelian Elpiji jatah ekspor yang tersisa diluar kontrak yang sudah ditandatangani. "Sampai akhir 2009 kita akan menerima sejumlah yang mereka sanggup untuk berikan kepada kita, tahap awal adalah yang 240.000 MT itu," kata Basuki.
Pertamina belum memutuskan apakah akan membuat kontrak tambahan impor dengan Petredec. Tahun ini kontrak impor Pertamina dari Petredec adalah berkisar 800.000 MT sampai 1,2 juta MT. "Mereka tetap memenuhi kebutuhan kita sesuai kontrak," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News