Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Potensi penjualan jamu nasional pada tahun 2011 sebenarnya masih bagus. Ketua Umum Gabungan Pengusaha (GP) Jamu, Charles Saerang mengatakan, penjualan jamu tahun ini bisa mencapai Rp 11 triliun-Rp 12 triliun, naik 10%-15% dari tahun 2010 yang sebesar Rp 10 triliun.
Charles yakin target tersebut dapat tercapai karena banyak perusahaan yang telah melakukan diversifikasi produk, seperti menjadikan jamu berbentuk permen, dan produk makanan dan minuman. "Penggunaan untuk pengobatan herbal juga semakin banyak," kata Charles kepada KONTAN, (25/1).
Meskipun begitu, potensi tersebut terancam tidak dapat dicapai akibat harga bahan baku yang terus membubung tinggi. Charles bilang harga bahan baku utama seperti jahe dan kencur naik hingga 300%-400%, akibat pengaruh cuaca buruk. Akibatnya, pengusaha banyak yang kalang-kabut untuk menutupi biaya produksi yang membengkak.
Jika sudah begini, lanjutnya, pengusaha tidak mempunyai pilihan selain menaikkan harga jamu di pasaran. Pilihan ini pun berpotensi menurunkan permintaan jamu di masyarakat. "Konsumen sangat sensitif dengan harga," ungkap Charles.
Semakin membanjirnya produk-produk jamu herbal asing juga berpotensi menghambat penjualan jamu nasional tahun ini. Charles bilang jamu asing punya modal yang lebih besar untuk mempromosikan produknya. Mereka dengan leluasa memasang iklan besar-besaran baik di televisi, koran dan media lainnya.
Akibatnya, mereka lebih dapat menjangkau pasar daripada produk jamu nasional. Dia berharap pemerintah dapat menertibkan peredaran jamu asing agar tidak menghambat pertumbuhan jamu nasional.
Rudiyanto, Ketua Asosiasi Produsen dan Pedagang Minuman Mengandung Etil Alkohol (Aspromia) Jawa Timur, menambahkan penjualan produk jamu yang menggunakan anggur juga berpotensi terhambat. Penyebab utamanya adalah ketentuan cukai atas minuman mengandung etil alkohol (MMEA). “Ketentuan ini dapat mengerek harga jamu hingga 500%," kata Rudi kepada KONTAN.
Rudi berharap pemerintah merevisi aturan tersebut mengingat efeknya bisa menjalar ke semua segi. Menurutnya, cukai tersebut tidak hanya bakal mengerek harga jamu dan minuman beralkohol tapi juga berpotensi membuat bangkrut banyak perusahaan.
Saat ini saja sudah banyak perusahaan yang tersengal-sengal akibat mengalami penurunan omzet. "Kalau dibiarkan bisa banyak yang bangkrut, dan banyak karyawan yang menganggur," tandas Rudi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News