kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,91   -17,61   -1.88%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bahan baku melambung, Voksel Electric (VOKS) berencana naikkan harga jual produk


Kamis, 30 Agustus 2018 / 18:08 WIB
Bahan baku melambung, Voksel Electric (VOKS) berencana naikkan harga jual produk
ILUSTRASI. PENGGANTIAN KABEL PLN BAWAH TANAH - ilustrasi kabel Voksel Electric


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga tembaga dan alumunium sebagai bahan baku kabel memang tak terelakkan. Menurut catatan Asosiasi Pabrik kabel Listrik Indonesia (Apkabel) harga aluminium di semester I-2018 sempat menyentuh angka US$ 2.600 per ton. Harga tersebut terus merangkak naik.

Padahal, di tahun 2016 harga aluminium masih dikisaran US$ 1.500 per ton, tahun 2017 menjadi US$ 2.000 per ton. Akibat kenaikan harga itu, maka produsen kabel, mau tak mau harus melakukan penyesuaian harga jual produknya.

"Tentu kami akan ikuti dengan kenaikan harga jual, kecuali untuk produk yang sudah kontrak jangka panjang," ujar Yogiawan, Direktur PT Voksel Electric Tbk (VOKS) kepada Kontan.co.id, Kamis (30/8).

Padahal, kontrak jangka panjang seperti kabel listrik PLN tampaknya masih mengikuti harga saat awal kontrak. Soal berapa kenaikan harga jual yang diharapkan, Yogiawan mengaku pihaknya belum dapat merincikannya. "Kami belum hitung (penyesuaian harga) detilnya," sebutnya.

Sekadar informasi, sampai saat ini VOKS mengandalkan kapasitas produksi kabel alumunium 27.600 ton per tahun, kabel tembaga 12.000 ton per tahun dan kabel fiber 1,8 juta kilometer per tahun. Adapun beberapa pembelian bahan baku VOKS tercatat berasal dari PT Tembaga Mulia Semanan dan PT Karya Sumedan Indonesia.

Meski demand kabel diperkirakan tumbuh, perseroan belum berencana menambah lini produksi dalam waktu dekat. "Kami sedang melakukan efisiensi dan upgrade mesin agar dapat meningkatkan produktivitas," ungkap Yogiawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×