kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Baja lokal bersiap optimalkan pasar domestik


Kamis, 16 Maret 2017 / 11:15 WIB
Baja lokal bersiap optimalkan pasar domestik


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Industri baja domestik sedikit lega tahun ini. Sebab, impor baja asal Tiongkok diprediksi bisa berkurang tahun ini, lantaran pemerintah negeri tembok raksasa tersebut ingin menurunkan produksi baja hingga tahun 2020 nanti.

Ini jelas peluang bagi industri baja lokal bisa bersaing dengan produk baja impor, khususnya dari Tiongkok. Apalagi dari sisi harga, antara baja impor dari China dengan produk lokal sudan sama.

Sebagai perbandingan, saat ini harga baja lembaran panas alias hot rolled coils (HRC) sudah mencapai US$ 600 per ton. "Bahkan harga baja di Jepang dan Korea sudah lebih tinggi dari kita (lokal)," terang Dadang Danusiri, Direktur Pemasaran PT Krakatau Steel, kepada KONTAN, Selasa (14/3).

Faktor lain yang menjadi informasi positif bagi industri baja lokal adalah beleid yang menghambat impor baja seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 82/M-DAG/PER/12/2016 tentang Ketentuan Impor Besi atau Baja, Baja Paduan dan Produk Turunannya.

Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementrian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan menyebutkan, aturan tersebut memang sebagai upaya mengurangi banjir impor baja. Namun ia belum bisa mengevaluasi jumlah pengurangan impor tersebut. "Dampak baru bisa terlihat setelah enam bulan aturan berlaku," kata Putu, Selasa (14/3).

Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia Hidayat Triseputro bilang, tahun lalu, sekitar 60% kebutuhan baja domestik dipasok dari baja impor. Sisanya, berarti 40%, dari lokal. "Secara bertahap kita menginginkan porsi lokal meningkat seiring regulasi yang berpihak pada produk lokal" katanya.

Idealnya, porsi baja impor itu adalah cuma 20% dari total kebutuhan. Kalaupun ada impor baja, itu adalah produk yang belum bisa diproduksi di dalam negeri. Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia sendiri menargetkan, penjualan baja tumbuh antara 5%-9% pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×