Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memastikan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) bakal menjadi tulang punggung untuk pemenuhan energi pasca 2031 mendatang.
Executive Vice President Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN Edwin Nugraha Putra mengatakan, produksi energi yang saat ini hampir mencapai 300 TWh akan naik tinggi hingga 1.800 Twh di 2060 mendatang. Untuk memenuhi ini, masih akan ada pembangkit fosil yang masuk ke dalam sistem hingga 10 tahun mendatang.
Nantinya, pada tahun 2031 hingga 2060 masih akan diperlukan setidaknya 1.300 TWh, kebutuhan ini rencananya bakal disuplai dari pembangkit EBT. Total kapasitas pembangkit EBT yang dibutuhkan mencapai 230 GW dengan total investasi mencapai Rp 9.000 triliun.
Salah satu jenis pembangkit EBT yang bakal diandalkan yakni Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Saat ini, Edwin menyebut, masih banyak komponen impor yang digunakan untuk PLTS.
Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani : Transformasi energi tidak murah
"Tentunya kita harapkan jika nanti solar akan masuk dalam sistemnya nanti kita berharap industri solar itu sudah ada di negeri kita, bukan menjadi importir sehingga biaya sebesar Rp 9.000 triliun ini (tidak) terpaksa kita kirimkan ke luar negeri sana," kata Edwin, Rabu (8/12).
Edwin melanjutkan, selain mendorong PLTS, PLN juga siap mengoptimalkan jenis pembangkit EBT lainnya seperti air dan panas bumi.
Untuk program jangka pendek, PLN berencana mempercepat masuknya sejumlah pembangkit EBT yang ada dalam Proyek 35 GW agar beroperasi di 2025 mendatang.
"Pembangunan PLTP sebesar 1,4 GW dan PLTA sebesar 4,2 GW kami percepat, kami usahakan percepat sehingga dapat beroperasi pada tahun 2025," imbuh Edwin.
Baca Juga: Ikhtiar PLN capai net zero emission di tahun 2060
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News