Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
“Banyaknya tantangan yang dihadapi BA membuat kami perlu berinovasi untuk tetap dapat meningkatkan kinerja, di antaranya dengan diversifikasi portofolio produk serta mendorong penjualan produk yang memiliki margin lebih tinggi,” kata Anindya.
Anindya memastikan, langkah tersebut tercermin lewat peningkatkan pendapatan operasi BA dari Rp 26,51 miliar pada tahun 2018 menjadi Rp 36,85 miliar pada tahun 2019, atau melonjak hingga 36,1% yoy. Sementara itu, PT Bakrie Pipe Industries (BPI) yang memproduksi pipa baja, mencatatkan pendapatan Rp 1,83 triliun, melampaui pencapaian Rp 1,63 triliun di tahun 2018.
Anindya tak menampik kinerja BPI selama tahun 2019 terdampak akibat kondisi fluktuasi harga minyak dunia. Apalagi sektor migas merupakan salah satu segmen andalan BPI.
Kendati demikian, ia menegaskan BPI berhasil mempertahankan pendapatannya melalui sejumlah proyek berkesinambungan bersifat multi-years serta sejumlah proyek baru di sektor migas maupun non-migas. Antara lain melalui, segmen pabrikasi struktur baja, BMI terutama mencatatkan pendapatan dari proyek non-migas.
Baca Juga: Kemenperin mendorong pengembangan gasifikasi batubara Indonesia
Dalam catatan Kontan, Sepanjang kuartal I 2020, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) membukukan kerugian bersih hingga Rp 279,09 miliar. Padahal. BNBR masih bisa membukukan laba bersih senilai Rp 36,78 miliar pada kuartal pertama tahun lalu.
Turunnya kinerja bottom line induk usaha Grup Bakrie ini tidak lepas dari turunnya pendapatan bersih. Tercatat, pada tiga bulan pertama 2020, BNBR hanya mencatatkan pendapatan senilai Rp 762,65 miliar atau turun 20,4% dari periode sama tahun 2018 yang mencapai Rp 958,45 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News