Reporter: Aprillia Ika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bandeng Imlek punya ukuran dan harga jual lebih dari bandeng biasa, Lantaran hanya keluar setahun sekali, banyak pedagang kagetan memanfaatkan momen Imlek sebagai sarana meraup rezeki.
Pasalnya, bandeng segar ukuran besar banyak dicari warga keturunan Tionghoa menjelang Imlek. Bandeng ini digunakan sebagai sesaji kepada leluhur, serta dinikmati sebagai santapan keluarga atau dibagikan ke kerabat.
Menurut kepercayaan orang Tionghoa, dengan sajian bandeng kepada leluhur, maka rezeki yang didapat tahun ini bisa lebih banyak dari tahun lalu. Tak heran, jika banyak pedagang kagetan memilih berjualan bandeng Imlek ini.
Seperti misalnya di sepanjang jalan Sulaiman, Rawa Belong. Sekitar 30 pedagang bandeng memadati jalan Rawa Belong, membuat arus kendaraan di sekitar pasar sentra bunga tersebut macet. Bau khas ikan bandeng menyeruak memenuhi udara di jalan tersebut.
Para pembeli yang sebagian besar warga keturunan Tionghoa terlihat sibuk memilih bandeng. Sementara para tukang parkir susah payah mengatur lalu lintas kendaraan.Bandeng-bandeng yang dijual khusus untuk menyambut Imlek ini memang tidak seperti bandeng biasa. Ukurannya berkali lipat bandeng biasa.
Konon kabarnya, bandeng khusus Imlek ini diberi vitamin dan perawatan khusus selama dua tahun sebelum dipanen. Tak heran jika berat bandeng mencapai ukuran 1,5 kilo sampai 3 kilo per ekor. Sementara bandeng biasa beratnya hanya 0,3 kilo sampai 0,5 kilo per ekor.
Salah satu pedagang bandeng, Novi, mengaku saban tahun berjualan di Rawa Belong. "Usaha musiman ini sudah berjalan sejak zaman kakek saya pada tahun 1980 an," ujar pemuda 23 tahun ini kepada KONTAN (22/1).
Praktis sejak hari Rabu kemarin, Novi dan ayahnya sudah kulakan ke sentra ikan segar di Muara Angke. Di sana, Novi dan ayahnya membeli satu kuintal bandeng dengan berat 1,5 kilo per ekor.
Harga belinya Rp 30.000 per ekor, dijualnya seharga Rp 40.000 per ekor. Hari Rabu lalu, satu kuintal bandeng habis terjual. "Sekarang saya ambil dua kuintal dari Muara Angke, tinggal 10 ekor saja," ujarnya senang.
Novi bilang, bakalan berjualan sampai hari Senin depan. Akan tetapi, dia meramal pukul 9 pagi dipastikan dagangannya sudah ludes. Padahal, Novi sudah menggelar dagangannya sejak subuh.
"Besaran dagangan kita tergantung pada pasokan di Muara Angke," lanjut Novi yang sehari-harinya bekerja sebagai karyawan swasta ini.
Lain cerita dengan Damun. Bapak dua anak yang sehari-hari bekerja sebagai penjual bubur ini datang jauh-jauh dari Cirebon ke Jakarta hanya untuk berjualan bandeng Imlek. "Usaha musiman ini sudah lima tahun saya tekuni," ujarnya sambil mengusir lalat dari bandeng-bandengnya.
Menurutnya, usaha ini punya hasil yang sangat lumayan. Dari hasil jualannya tersebut, Damun bisa mengantongi keuntungan Rp 1 juta sampai Rp 2 juta saban hari. padahal, Damun berencana berjualan sampai hari Senin, 26 Januari mendatang.
Damun mengaku kulakan di Muara Angke dengan modal Rp 4 juta. "Saya sudah punya kenalan supplier sehingga dapat harga miring," terangnya. Hari Rabu kemarin Damun mengambil dua kuintal bandeng dan meraup laba bersih Rp 1 juta dari hasil jualannya.
Bandeng Damun berukuran mulai 1,5 kilo sampai 3 kilo. Ukuran 1,5 kilo dijualnya Rp 30.000. Ukuran 2 kilo Rp 40.000. Sementara bandeng ukuran 3 kilo Rp 45.000.
"Malam Imlek, jualan saya bisa mencapai tiga kuintal lebih," ujarnya berbinar.
Baik Novi dan Damun tidak merasa ada penurunan pembeli bandeng dibandingkan tahun lalu. "Biasa saja," ujar Damun.
Bahkan tahun depan Damun akan mengajak saudaranya turut mengais rezeki Imlek di bandeng musiman ini. Lantaran tahun lalu, Damun mampu membawa pulang keuntungan bersih Rp 7 juta ke kampungnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News