kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.902.000   -10.000   -0,52%
  • USD/IDR 16.450   167,00   1,00%
  • IDX 6.816   48,94   0,72%
  • KOMPAS100 985   6,24   0,64%
  • LQ45 763   1,83   0,24%
  • ISSI 216   1,39   0,64%
  • IDX30 397   1,52   0,38%
  • IDXHIDIV20 474   2,31   0,49%
  • IDX80 111   0,22   0,20%
  • IDXV30 115   -0,82   -0,71%
  • IDXQ30 130   0,67   0,52%

Bangun pabrik karet, Kirana anggarkan Rp 200 M


Senin, 22 Juni 2015 / 11:55 WIB
Bangun pabrik karet, Kirana anggarkan Rp 200 M


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. PT Kirana Megatara membangun pabrik karet baru di Kabupaten Langkat, Medan Sumatera Utara. Pembangunan pabrik karet ini sudah dimulai sejak tahun 2014 dan ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2016. Kirana menganggarkan investasi sekitar Rp 180 miliar hingga Rp 200 miliar untuk pabrik berkapasitas 4.000 ton per bulan itu.

CEO Kirana Megatara Group Martinus S. Sinarya mengatakan ada beberapa faktor yang membuat perseroan mendirikan pabrik karet di Kabupaten Langkat. Diantaranya yaitu  untuk mendekatkan pabrik karet kepada masyarakat yang mayoritas berpenghasilan dari karet. Selain itu, daerah Langkat ini juga tidak jauh dari Pelabuhan Belawan Medan sehingga mempermudah dalam hal transportasi untuk mengekspor karet yang diproduksi.

"Kita bangun pabrik di Langkat, karena hanya satu jam dari pelabuhan Belawan. Jadi mata rantai transportasinya bagus juga," kata Martinus kepada KONTAN, Minggu (21/6).

Martinus menjelaskan, mayoritas pemilik kebun karet di Indonesia adalah masyarakat kecil. Mereka ini banyak tersebar di daerah Sumatera Utara, Aceh, Pulau Nias dan Sibolga. Dengan begitu, ia mengklaim petani akan diuntungkan karena dapat memangkas rantai distribusi dari petani ke pengepul atau tengkulak baru ke pabrik.

Di situ, Martinus mengaku telah menjalin kerjasama dengan sejumlah kelompok petani karet untuk langsung menjual karet mereka ke pabrik tanpa melalui perantara. "Tentu saja petani akan mendapatkan harga yang lebih baik," imbuh Martinus.

Dengan pembangunan pabrik karet yang baru ini, Martinus optimis dapat mendongkrak kembali produksi karet Kirana yang sempat melesu akibat berkurangnya pasokan dari masyarakat.

Ia mengatakan sejak harga karet anjlok beberapa tahun terakhir, produksi karet Kirana turun 10%. Dan berdampak pada penurunan omzet antara 20% -30%.

Pada tahun ini Kirana hanya menargetkan 425.000 ton hingga 450.000 ton karet. Target tersebut lebih rendah 10% dari produksi tahun 2014 yang mencapai 500.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×